Persaingan dalam menggantikan Bitcoin
Sebagai seseorang yang
dianggap ‘genius’ bahkan oleh saingannya, Jed McCaleb berhasil menciptakan dua
perusahaan kripto yang kini saling bersaing untuk mendapatkan kekuasaan yang
pertama adalah Ripple Labs dan sekarang Stellar. Meskipun sudah beberapa kali terkena kasus perusahaan yang
gulung tikar serta berbagai isu-isu lainnya, hanya waktulah yang bisa
menyatakan secara jelas apakah perusahaan-perusahaan besar seperti Stripe dan
Wells Fargo berani bersandar pada pria yang menciptakan perusahaan seperti
Mt.Gox yang terbukti melakukan penipuan terbesar di sejarah dunia mata uang
digital.
(Jed McCaleb)
Terjadi perdebatan besar tentang
masa depan uang, dan kita masih belum bisa melihat hasil akhirnya. Mungkin akan
ada pihak yang menang, mungkin ada yang kalah, namun apapun yang terjadi, satu
hal sudah jelas: perdebatan yang paling seru terjadi di San Fransisco, sebuah
kota yang tidak cukup besar untuk menjadi markas Ripple Labs dan Stellar dua pendatang
baru di dunia mata uang digital yang tidak hanya ingin menggantikan posisi
Bitcoin namun juga Dollar.
Mata uang digital berpotensi
untuk membawa perubahan paling penting di dunia finansial pada abad ini. Di
satu sisi ada pemerintah, mata uang fiat, dan dunia perbankan. Sedangkan di
sisi lain ada ratusan perusahaan baru yang didukung dengan para kriptografer
jenius dalam dunia programming yang kompleks, serta tingkat protokol keamanan
yang tinggi.
Pemerintah Amerika Serikat, Uni
Eropa serta pemerintah negara-negara lain yang menciptakan mata uang nasional
akan menghalalkan segala cara untuk mengontrol peredaran uang di negara mereka.
Demikian juga halnya dengan bank-bank raksasa seperti JP Morgan Chase, Bank
of America, Citigroup dan Wells Fargo. Hasil dari perdebatan ini akan
menentukan nasib perkembangan ekonomi, akses masyarakat ke jasa-jasa finansial,
isu inflasi, terrorisme, serta segala bentuk kriminalisasi dalam dunia ekonomi
mulai dari perdagangan gelap sampai penjualan narkoba, kemampuan pemerintah
dalam mengamati transaksi finansial masyarakat, isu pemungutan pajak serta
hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Mata uang digital yang paling
terkenal di dunia adalah Bitcoin. Bitcoin diciptakan pada tahun 2009 oleh
Satoshi Nakamoto (yang sepertinya merupakan pseudonim untuk sekelompok grup
kriptografer). Bitcoin memiliki awal yang bagus dan bahkan telah menjadi sebuah
brand yang sangat terkenal. Namun diantara para penggemarnya, terdapat hasil
konsensus yang menyatakan bahwa Bitcoin itu memiliki kelemahan yang fatal dan
tidak bisa diperbaiki. Kita sudah melihat dua kegagalan besar, yaitu: Mt.Gox
yang merupakan musibah terbesar yang pernah melanda Bitcoin hingga hari ini
karena telah menghilangkan hampir 4% dari total suplai Bitcoin yang terbatas
(saat itu seharga 450 juta US Dollar); dan Bitstamp yang beberapa minggu lalu
baru ‘memberikan’ Bitcoin seharga 5 juta USD kepada para peretas.
Suatu hari nanti akan muncul
“Bitcoin 2.0” yang kemungkinan besar akan muncul dari salah satu dari ratusan mata
uang digital lain yang sudah berkembang sejak beberapa tahun yang lalu. Artikel
ini akan berfokus pada dua mata uang tersebut, yaitu: Ripple dan Stellar. Kedua mata uang digital ini memiliki bapak
pencipta dan kota kelahiran yang sama yaitu San Fransisco dengan inventor Jed
McCaleb. Ripple yang ditemukan pada tahun 2011 sudah tergolong cukup veteran
dalam dunia cryptocurrency. Pada pertengahan Desember, total nilai
mata uang tersebut sudah mencapai 527 juta USD. Dengan nilai sebesar itu,
Ripple berhasil menduduki posisi kedua setelah Bitcoin dengan market
cap sebesar 3,6 milyar USD (posisi ketiga ditempati Litecoin
dengan market cap mencapai 50 juta USD). Stellar yang dimulai
pada bulan Juli 2014 merupakan salah satu pendatang baru dengan market
cap mencapai 17 juta USD.
Perusahaan yang menciptakan
protokol Ripple adalah Ripple Labs (sebelumnya disebut
OpenCoin). Unit mata uang dari Ripple dikenal
dengan sebutan XRP. Sedangkan
perusahaan yang menciptakan protokol Stellar disebut dengan Stellar Development
Foundation (sebelumnya dikenal dengan Jed McCaleb’s Secret Bitcoin Project).
Unit mata uang Stellar adalah STR, dan unit mata uang Bitcoin adalah BTC. Karena Bitcoin lebih dikenal dimana-mana, maka bisnis mata
uang digital biasanya dikenal sebagai “Bisnis Bitcoin”.
Kisah hubungan antara Stellar
dan Ripple Labs adalah suatu cerita yang menggoncang seluruh industri. Kisah
ini memiliki segalanya, mulai dari seks, uang jutaan dollar, kejeniusan
seseorang, pengkhianatan, intrik internasional sampai kasus penggrebekan dari
pemerintah. Penulis artikel ini tidak dapat memprediksi hasil akhir dari
perdebatan antar mata uang digital yang ada ataupun perdebatan antara cryptocurrencies tersebut
melawan pemerintah dan bank-bank dunia. Namun Penulis dapat menceritakan kisah
Stellar-Ripple yang mungkin adalah cerita terbaik yang pernah terjadi di
perindustrian cryptocurrency atau bahkan di dunia teknologi finansial
(“fintech”) secara keseluruhan.
The
Surfer King of Putnam County
Kisah ini berawal di sebuah
apartemen di Williamsburg pada tahun 2008 ketika MiSoon Burzlaff (30)
mengetahui bahwa dia sedang mengandung anak Jed McCaleb (32). Mereka kemudian
memutuskan untuk memulai sebuah keluarga dan dalam waktu 14 bulan setelah itu,
mereka dikaruniai dua orang anak. satu perempuan, dan satu laki-laki. Keluarga
ini kemudian pindah ke kota yang lebih padat yaitu Patterson.
Menurut Alan Turing, bapak dari
ilmu komputerisasi modern dan kecerdasan buatan (artificial intelligence),
Jed McCaleb adalah salah satu dari kriptografer terbaik di dunia dan merupakan
seorang coder yang sangat handal. Pada tahun 2001, McCaleb
mendirikan eDonkey2000, sebuah program untuk berbagi data seperti Napster yang
membuat dia memiliki kredibilitas yang cukup tinggi di dunia programming
meskipun sempat dituntut dan dipaksa membayar 30 juta USD supaya tidak
dikenakan sanksi pelanggaran hak cipta oleh RIAA. Rekan penemu eDonkey2000, Sam
Yagan, juga berhasil berdiri kembali dari musibah tersebut dan kini menjadi
penemu OkCupid dan menjabat sebagai CEO Match.com.
Ketika McCaleb dan Burzlaff
sibuk mengurusi keluarga baru mereka, para kriptografer dibalik nama Satoshi
Nakamoto mulai meluncurkan Bitcoin. Unit mata uang yang dikenal dengan BTC itu
diciptakan oleh server-server yang menambang koin berdasarkan formula
matematika yang sudah membatasi sejak awal bahwa Bitcoin hanya akan bisa
diciptakan hingga mencapai angka 21 juta. Ketika BTC sudah ditambang,
koin-koin ini dapat ditransfer melalui sebuah protokol internet yang terbuka
untuk umum. Tidak seperti kegiatan transfer elektronik, kartu kredit, cek atau
bahkan sistem pembayaran online (contoh: PayPal) seperti biasanya, Bitcoin
tidak memerlukan pihak ketiga. Tidak ada pihak bank yang akan mengambil biaya
sebesar 15-45 USD karena melayani jasa transfer elektronik. Dan tidak ada lagi
perusahaan yang akan mengenakan biaya sebesar 4% atau pihak manapun yang bisa
seolah-olah membuat bank tampak seperti tempat yang paling menguntungkan untuk
mengirim uang. Dalam Bitcoin juga tidak ada media yang menyampaikan informasi
dari bank ke pemerintah mengenai transaksi yang dilakukan oleh seseorang. Namun
di sisi lain, tidak ada jalan alternatif yang bisa diambil jika terjadi sesuatu
pada buku besar protokol yang terdesentralisasi itu.
McCaleb mulai tertarik dengan
potensi yang dimiliki Bitcoin dan mulai memikirkan banyak ide-ide baru tentang
mata uang digital tersebut. Sebagai seorang programmer yang sangat cerdas atau
‘jenius’ menurut 75% dari 40 orang yang diwawancara oleh Penulis untuk artikel
ini McCaleb cukup mengenal bagaimana cara kerja jaringan peer-to-peer yang
terdesentralisasi ini dan ia mulai bekerja di luar pengawasan pemerintah.
McCaleb merupakan salah satu
orang yang pertama menyadari bahwa jika mata uang terdesentralisasi ini ingin
sukses, maka harus ada tempat dimana masyarakat bisa mendapatkannya dengan
mudah. Itulah mengapa pada bulan Juli 2010, dia menciptakan Mt.Gox, sebuah
tempat yang melayani jual-beli Bitcoin. (Mt. Gox merupakan sebuah akronim dari
arena permainan kartu bernama Magic: the Gathering Online Exchange yang
domainnya sudah ia miliki sejak lama). Ide dan implementasi Mt. Gox ini
merupakan titik terpenting yang merubah era mata uang digital, bahkan lebih
besar dari penciptaan Bitcoin itu sendiri.
Dalam waktu tiga tahun saja,
Mt.Gox sudah berhasil mengoperasikan 70% dari total transaksi Bitcoin di dunia.
Setiap BTC meningkat harganya pada tahun 2013 dari 13 USD per koin menjadi 900
USD per koin, bahkan sempat menyentuh angka 1.100 USD per BTC. Semua orang
mulai mengenal Bitcoin. McCaleb tidak menciptakan Bitcoin, sama halnya dengan
Netscape tidak menciptakan Internet. Netscape mengambil sebuah teknologi yang
umurnya sudah puluhan tahun tetapi tidak digunakan oleh publik, menjadi sebuah
teknologi yang lebih mudah dikenal oleh masyarakat. Dengan Mt.Gox, McCaleb
menciptakan sebuah lingkungan yang membuat masyarakat mudah untuk menyimpan,
menjual, dan membeli barang dengan Bitcoin.
Mt. Gox berhasil mempopulerkan
Bitcoin namun beberapa saat kemudian, perusahaan itulah yang juga hampir menghancurkannya.
Pada bulan Februari 2014, Mt. Gox mulai menghentikan proses jual-beli BTC di
situsnya dan mengeluarkan surat pernyataan yang menyatakan bahwa perusahaan itu
sedang mengalami kebangkrutan dan kini sedang dalam proses untuk dilikuidasi. Sempat
diberitakan pada awalnya bahwa terdapat 850.000 BTC (yang kira-kira seharga 450
juta USD pada saat itu) yang hilang dan kemungkinan besar dicuri oleh suatu
pihak. Namun beberapa saat setelahnya, hampir ¼ bagian dari ratusan ribu BTC
yang hilang itu dapat ditemukan kembali.
Pada akhirnya, McCaleb, dengan
ide dan kemampuan coding-nya yang berada diatas rata-rata, berhasil
menciptakan dua perusahaan yang mengubah keadaan di dunia cryptocurrency namun
keduanya pun hancur. Pada tahun 2011, beliau memiliki sebuah inspirasi yang
luar biasa. Ia mengerti kecacatan dalam Bitcoin dan ingin menciptakan mata uang
digital yang kebal terhadap kecacatan tersebut. Proses penambangan Bitcoin
memang menjadi sebuah hal yang abstrak dan sulit dimengerti bagi kebanyakan orang,
namun Bitcoin membutuhkannya untuk menciptakan lebih banyak koin sekaligus
membatasi penduplikasian mata uangnya. Anggap saja seperti ini: masyarakat
menyukai hot dogs, tapi mereka tidak mau melihat proses pembuatan ketika daging
itu diciptakan dan diambil dari hewan. Hal yang sama berlaku untuk mata uang
digital ini.
Jed
McCaleb and Arthur Britto Create Ripple Labs
Untuk membuat mata uang digital
baru yang lebih baik dari Bitcoin, McCaleb mencari bantuan ke salah satu orang
terpintar di dunia. Ia bertemu dengan David Schwartz dan mereka berdua mulai
berdiskusi tentang bagaimana sebuah jaringan konsensus dapat berjalan. Schwartz
bergabung sebagai CTO pada awalnya sebelum akhirnya berubah menjadi Chief
Cryptographer. Ketika mereka berada di sebuah kedai kopi di East Bay,
McCaleb dan Schwartz berhasil meyakinkan Jesse Powell untuk menginvestasikan
uang sebesar 100.000 USD di perusahaan mereka yang waktu itu masih bernama
OpenCoin Inc. Tidak lama kemudian, mereka mengajak Arthur Britto yang bersedia
untuk menjadi Chief Strategist untuk perusahaan mereka.
Meskipun IQ ketiga orang ini bisa membuat orang tercengang, sebenarnya tidak
satupun dari mereka bisa mengoperasikan sebuah perusahaan. Setelah kasus
eDonkey2000 dan Mt. Gox, McCaleb harus mencari orang lain untuk mengemban
tanggung jawab atas bisnis baru mereka.
Chris Larsen turut bergabung
sebagai CEO dalam perusahaan yang kini berubah menjadi Ripple Labs. Larsen
sudah beberapa kali bergabung ke dalam perusahaan-perusahaan baru dengan
permasalahan yang rumit dan ia berhasil menyelesaikannya dan membangun kembali
perusahaan-perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang matang, seperti E-Loan salah
satu perusahaan penggadaian online pertama di dunia yang kini telah bergabung
dalam perusahaan Popular. Inc dalam menangani layanan finansial publik; dan
Prosper sebuah perusahaan peer-to-peer yang menyediakan
pinjaman pada publik. Larsen memiliki reputasi sebagai seorang ‘perusak’ yang
juga bisa membangun sebuah ide baru menjadi sesuatu yang popular dan sukses.
E-Loan dan Prosper kini sudah memproses transaksi bernilai milyaran US Dollar,
serta berhasil mengadopsi regulasi perbankan dan bekerjasama dengan
perusahaan-perusahaan penyedia layanan finansial ternama.
Dengan orang-orang seperti itu,
Ripple Labs memiliki sebuah tim impian untuk mengelola perusahaannya. Dengan
Larsen sebagai representasi perusahaan di depan para pejabat bank dan McCaleb
yang bekerja keras merealisasikan idenya dari balik layar dengan otak
jeniusnya, Ripple berhasil menjadi penerus Bitcoin dalam waktu yang singkat.
Ripple memiliki teknisi-teknisi handal, mendapat dukungan dari pihak perbankan
dan memiliki tim manajemen yang baik. Sudah jelas sepertinya bahwa Ripple
berpotensi untuk mengambil alih posisi Bitcoin dalam mendominasi dunia cryptocurrency.
Unhappy
Family, Unhappy Company
Dalam periode ini, McCaleb
membawa keluarganya pindah-pindah kota, mulai dari Williamsburg, Patterson,
sebuah apartemen di Clinton Street, Costa Rica sampai akhirnya tiba di
Berkeley. Dalam wawancara yang dilakukan Penulis dengan ibu dari dua anak
McCaleb, MiSoon Burzlaff, diketahui bahwa dalam waktu 5 tahun tersebut, mereka
benar-benar menjalani bagaimana susahnya membina sebuah keluarga dalam situasi
yang dipenuhi dengan cobaan dan peristiwa-peristiwa yang tak terduga.
Tidak bahagia lagi dengan
situasi mereka pada saat itu, McCaleb dan Burzlaff akhirnya memutuskan untuk
tidak melanjutkan hubungan mereka. Burzlaff bekerja sendiri di perusahaannya
yang bernama Bravo Your City untuk membesarkan kedua anaknya. Menurut pandangan
Burzlaff, McCaleb memiliki hubungan yang akrab dengan anak-anaknya. Bahkan
ketika mereka berdua bernegosiasi untuk menentukan siapa yang memiliki hak
asuh, McCaleb tetap mendukung perusahaannya melalui e-mail agar perusahaan
pribadi Burzlaff dapat terus berjalan demi menghidupi kedua anaknya.
Namun dukungan via e-mail dari
McCaleb tidak bertahan lama. Setelah menemukan wanita baru bernama Joyce Kim,
McCaleb tidak lagi beramah tamah dengan mantan istrinya. Apa yang terjadi
antara McCaleb dan Burzlaff sebenarnya berakhir dengan cara yang hampir serupa
seperti apa yang terjadi pada McCaleb dan rekan-rekan kerjanya di Ripple Labs.
Joyce Kim memiliki profile
LinkedIn yang sangat menarik: Harvard, Cornell, Columbia Law, the Innocence
Project, Shearman & Sterling, 2 pekerjaan di dunia hukum, pendiri sekaligus
CEO di dua perusahaan berbeda dan seorang venture capitalist. Bahkan Kim sempat
menjadi rekan pembawa acara GigaOm Show yang merujuk pada blog milik Om Malik salah
satu mentor Kim yang hingga kini masih setia menjadi pendukung terbesarnya.
Unsimple
Honey
McCaleb dan Kim dapat bertemu
berkat bantuan Jesse Powell, seorang investor di Ripple Labs (yang kini
berinvestasi di Stellar). Powell memberitahu penulis bahwa dialah yang membuat
mereka berdua jatuh cinta.
“Saya
sebenarnya memperkenalkan Joyce ke Jeb karena dia sedang mencari dana untuk
perusahaannya. Saya memperkenalkan Jeb sebagai seseorang yang berpotensi untuk
menjadi investor, jadi menurut saya disitulah titik dimana mereka mulai
mengenal satu sama lain sampai akhirnya berpacaran, namun sebelum itu, saya dan
Joyce sudah seperti teman.”
Perusahaan yang dimaksud Powell
adalah perusahaan Joyce Kim yang bernama Simple Honey sebuah startup yang
dimulainya dengan Eric Nakagawa yang sebelumnya menciptakan sebuah situs humor
bernama I Can Has Cheezburger yang menyebar secara cepat di internet.
Setelah itu, McCaleb dan Kim
mulai berpacaran.
Startup Simple Honey memang
membutuhkan banyak uang untuk mendanai perusahaannya. Startup tersebut
menerbangkan seluruh tim pengembangnya ke Honolulu dan menyewa sebuah rumah
selama dua bulan untuk mengembangkan produk mereka.
Project SimpleHoney dimulai pada
bulan Mei 2012 sebagai sebuah perusahaan travel e-commerce. Pelanggan akan
mengisi data lengkap tentang rencana travel mereka dan SimpleHoney akan
merekomendasikan hotel sesuai dengan keinginan mereka. SimpleHoney mendapatkan
pemasukan dari biaya membership 100 USD yang dikenakan kepada pelanggannya.
TechCrunch.com menyebutkan SimpleHoney sebagai situs yang sangat terbatas
karena hanya dapat memberikan referensi hotel yang berada di San Fransisco
(dimana perusahaan itu tercipta) dan Hawaii (dimana salah satu penciptanya,
Nakagawa, berasal dan sebagai tempat dimana tim SimpleHoney menciptakan versi
awal dari produk mereka) saja. Selain itu, SimpleHoney juga belum bisa
dijadikan tempat untuk memesan kamar hotel, namun hanya untuk mengarahkan
pelanggannya ke website hotel yang mereka cari.
By January 2013,
SimpleHoney morphed into some kind of a wish list-based iPhone app, “I Want
Wish List.” Its promise, according to the short-lived website IWantHoney.com,
was “Keep track of the things you want to buy and save money!”
Pada bulan Januari 2013,
SimpleHoney berubah menjadi sebuah aplikasi untuk iPhone yang bernama “I Want
Wish List”. Jika dilihat dari situsnya yang berjudul IWantHoney.com, tujuan
aplikasi tersebut adalah untuk mencatat barang-barang yang diinginkan seseorang
dan membantu mereka untuk menghemat uangnya.
Akan sulit mencari benang
penghubung antara Ripple Labs dengan SimpleHoney yang dapat dibilang kurang
berhasil dalam dunia e-commerce. Namun, McCaleb tetap mengajak Ripple Labs
untuk membeli SimpleHoney pada bulan April 2013. Berdasarkan apa yang tertulis
di blog milik Joyce Kim, ia beserta rekannya telah memiliki ide tentang
bagaimana Bitcoin dan mata uang digital lainnya dapat menjadi lebih mudah untuk
digunakan oleh publik. Tidak lama setelah itu, Chris Larsen dan Jed McCaleb
yang sedang mencari tim yang berfokus penuh pada kebutuhan konsumen, mengajak
Kim untuk bergabung dengan mereka dan mulai berusaha membenahi akar
permasalahan yang berhubungan dengan konsumer di dunia e-commerce.
Siapapun di Ripple Labs yang
pernah mengundang Joyce Kim untuk bekerjasama dengan mereka, pasti kini sedang
menyesal dengan keputusannya. Situs dan aplikasi travel yang dikerjakan Kim
hilang begitu saja dalam waktu yang tidak lama setelah itu. Di Ripple Labs, Kim
menyebut dirinya sendiri sebagai “Chief Engagement Officer” atau CEO. Tidak
aneh bagi seseorang untuk berpikir jika salah satu pendiri perusahaan
menempatkan pacarnya di posisi CEO, pasti perusahaannya akan terkena masalah.
Untuk kasus tergabungnya Joyce Kim ini, masalah datang hampir seketika.
Ide besar Joyce Kim yang
selanjutnya adalah untuk memberikan petunjuk kepada dunia bahwa McCaleb
sebenarnya adalah Satoshi Nakamoto. Menurut seseorang yang bekerja di Ripple
Labs pada saat itu, Kim menciptakan berbagai rumor bahwa McCaleb adalah Satoshi
dan anehnya, McCaleb juga tidak membantah hal itu dan mengikuti rumor yang
disebarkan oleh Kim. Menurut Kim, mungkin rumor tersebut dapat membuat Ripple
semakin terkenal dan mendapatkan lebih banyak kredibilitas dari publik. Kim
ingin menciptakan suatu kesan karismatik untuk McCaleb dan walaupun penampilan
McCaleb terlihat seperti seorang surfer, ia sebenarnya sangat
egois dan sering terlalu memikirkan diri sendiri. Itulah alasan mengapa ia
tidak pernah menghargai orang-orang seperti Arthur Britto, David Schwartz dan
Stefan Thomas yang berkontribusi lebih banyak darinya dalam membangun Ripple.
Kim dan McCaleb berusaha untuk terlihat murah hati dan berada jauh lebih baik
dibandingkan mereka namun sebenarnya pasangan ini mengincar kekuasaan dan uang
seperti orang kebanyakan.
Salah satu karyawan Ripple Labs
yang lain juga menggambarkan hal yang serupa tentang Kim. “Dia baru bergabung
dalam perusahaan sekitar 6 atau 8 minggu lamanya, dan perusahaan kami tidak
begitu besar namun dia sudah membawa tiga rekannya kemari. Salah satu
‘keputusan’ terbesarnya adalah mencantumkan di situs perusahaan bahwa posisi
tertinggi di perusahaan ini adalah CTO yang tentunya adalah pacarnya sendiri,
Jed, dan Joyce tahu bahwa Chris Larsen tidak akan berani protes masalah itu.”
Seorang pegawai senior di Ripple
Labs menceritakan Kim sebagai seseorang yang lebih baik namun lama kelamaan,
dalam ceritanya pun terpampang jelas bahwa hubungan Kim dengannya juga tidak
begitu bagus. “Ripple Labs memiliki pengacara imigrasi yang sangat bagus. Waktu
itu ada seorang gadis yang datang dari SimpleHoney bernama Winnie yang sedang dicari-cari
oleh pemerintah Singapura terkait masalah imigrasi. Winnie adalah seorang
desainer yang sangat handal dan Joyce sudah menganggapnya sebagai anaknya
sendiri. Joyce sangat protektif terhadapnya dan sikapnya yang seperti itu
menjadi masalah karena Ripple sudah menyediakan seorang pengacara imigrasi
untuk mengurus masalah transfer visa Winnie. Dan Joyce meminta kami memecat
pengacara imigrasi kami dan menggantinya dengan orang lain. Bahkan Jed meminta
Chris untuk mengikuti kemauan Joyce. Chris akhirnya berdiskusi dengan Joyce
agar masalah diselesaikan secara baik-baik namun Joyce tetap tidak mau
mendengarkannya.”
Pada musim panas 2013, Joyce dan
McCaleb menghilang begitu saja dari Ripple Labs.
Awkward
Scenes in the Mission District
Stripe dan Ripple Labs makan malam bersama di El Tepa Taqueria untuk merayakan akuisisi mereka yang tertunda. |
Berhubung Kim tidak lagi
memiliki posisi di perusahaan yang dia ciptakan, McCaleb pun akhirnya
meninggalkan Ripple Labs. McCaleb memutuskan bahwa jalan keluar terbaik adalah
dengan bekerjasama dengan perusahaan Stripe, anak emas dunia finansial
teknologi. McCaleb menghubungi Patrick Collison, pendiri Stripe yang juga sudah
menjadi teman baiknya. McCaleb secara sepihak berusaha untuk membuat suatu
kesepakatan. Diskusi berlanjut sampai akhirnya perjanjian kerjasama hampir
terjalin. Bahkan perusahaan yang sebentar lagi akan jadi mitranya itu setuju
untuk mengadakan makan malam bersama di restoran El Tepa Taqueria.
Namun setelah itu semuanya
berakhir berantakan. Penulis tidak berhasil mengetahui alasan apa yang
menyebabkan kesepakatan antara kedua pihak itu hancur seketika padahal sudah
hampir berhasil. Namun yang terjadi benar-benar parah. Merasa frustrasi dengan
gagalnya kesepakatan tersebut, McCaleb bahkan berusaha mengeluarkan Chris
Larsen dari perusahaannya.
Inilah
awal perang berdarah selanjutnya.
Perasaan benci terhadap Kim
tetap berkibar di Ripple Labs meskipun wanita itu telah meninggalkan
perusahaan. Kebanyakan orang menganggap Kim sebagai seseorang yang berhasil menyihir
McCaleb untuk mengikuti kemauannya. McCaleb tetap melibatkannya kedalam diskusi
mengenai Ripple Labs meskipun seharusnya dia sudah tidak ada sangkut pautnya
lagi dengan perusahaan tersebut. Penulis bahkan sempat mendengar bahwa Joyce
disebut sebagai “Yoko Ono” oleh empat orang yang mau diwawancara. “Joyce selalu
ada di sisi Jed sehingga susah untuk berbicara dua mata dengannya.”
Seseorang yang juga sempat
bekerja di Ripple Labs juga berkata, “Arthur dan David sering mengadakan
pertemuan dengan Jed dan Joyce pasti akan selalu muncul tanpa diundang. Padahal
dia bahkan sudah tidak tergabung dalam Ripple Labs! Sebenarnya pertemuan
seperti itu sudah menjadi urusan pribadi Jed dengan rekan kerjanya di Ripple
Labs, namun entah bagaimana, Joyce pasti akan selalu ikut campur bahkan jika
orang yang berbincang dengan Jed sudah secara tegas menyatakan ‘Saya tidak mau
Anda berbagi informasi tentang ini ke Joyce’. Jadi bukan hanya Jed menolak
permintaan privasi tersebut, namun dia juga membiarkan Joyce tahu bahwa rekan-rekannya
tidak menyukai dia.”
Permasalahan semakin membengkak
sampai titik dimana kepentingan pribadi McCaleb dan Larsen berdampak pada masa
depan perusahaan Ripple Labs. McCaleb dan Larsen masing-masing memiliki 9
milyar XRP 18 persen dari total Ripple yang dapat diciptakan. McCaleb,
bersamaan dengan pendukungnya, Powell, menginginkan kedua pihak yang memiliki
XRP tersebut untuk mengembalikan seluruh XRP mereka ke perusahaan atau
disumbangkan. Powell mengatakan kepada penulis bahwa “Saya merasa bahwa hal
itulah yang nantinya akan menghambat perkembangan Ripple. Orang-orang tidak
akan mau membeli Ripple karena penciptanya terbukti memiliki kira-kira 20% dari
semua koin yang bisa diciptakan oleh sistem.”
Akhirnya, McCaleb berdiskusi
dengan para pemegang kekuasaan di Ripple Labs dan meminta agar Larsen segera
dikeluarkan dari perusahaan. Bahkan ketika Penulis bertanya mengenai masalah
ini kepada McCaleb dan Kim, mereka menceritakan bahwa pada saat itu Arthur
Britto sempat bertanya, “Apa kita tidak merusak karir Chris (Larsen) jika kita
memecatnya dari perusahaan?” dan McCaleb dengan mudahnya menjawab, “Tidak.
Katakan saja dia sedang sakit makanya kita terpaksa mengeluarkannya.” Yang
membuat situasi canggung adalah fakta bahwa Larsen adalah seorang surfer yang
kondisinya sama sehatnya dengan McCaleb sedangkan Arthur Britto adalah seorang
pengidap penyakit arthritis yang sangat parah. Bagi Britto, pernyataan McCaleb
sangat menghina dan membuatnya mengerti bahwa McCaleb adalah orang yang bisa
dengan mudahnya berbohong untuk kepentingannya sendiri.
Menanggapi masalah pemecatan
Larsen, akhirnya diadakan rapat yang melibatkan seluruh pemimpin serta investor
perusahaan didalamnya. Para pemimpin dan investor berada di pihak Larsen dan
dari hasil pemungutan suara, McCaleb kalah 5-1. Bahkan aliansinya, Powell dan
teman dekatnya Roger Ver, memilih untuk mendukung Larsen daripada mengikuti
kemauan McCaleb.
Menurut dua orang yang hadir di
rapat tersebut, Roger Ver, seorang libertarian yang membeli Bitcoin di harga 1
USD pada tahun 2011 sehingga dijuluki “Bitcoin Jesus” oleh CNBC, dengan
tegasnya mengatakan bahwa Jed tidak bisa membaca situasi dengan baik.
Mr. Ver berkata pada Penulis,
“Setiap orang meminta Jed untuk tidak memilih antara dia dan Chris. Semua orang
(selain Jed) ingin semua karyawan tetap berada dalam perusahaan. Chris sudah
bersedia untuk tinggal dan tetap bekerjasama dengan Jed namun Jed menolak.
Akhirnya, kami melakukan voting dan memutuskan bahwa Chris
tetap tergabung dalam perusahaan. Yang tidak setuju hanyalah Jed dan meskipun
tidak ada diantara kami yang ingin ia pergi, Jed tetap memutuskan untuk
meninggalkan Ripple Labs.”
Bisa Anda bayangkan bagaimana
canggungnya situasi rapat itu, Larsen dan McCaleb keduanya berada dalam satu
ruangan yang sama dan semua orang, termasuk Larsen, mengatakan pada McCaleb
bahwa mereka ingin McCaleb tetap tinggal dan terus membangun projek Ripple yang
mereka bangun bersama. Sayangnya keputusan McCaleb untuk pergi sudah bulat.
Jesse Powell |
Setelah rapat berakhir, Powell
mengirimkan email pribadi ke McCaleb yang menjelaskan alasan mengapa dia
memutuskan untuk berpihak ke Larsen. Alasan-alasan yang ada di email Powell
meliputi: “Perjanjian dengan Stripe sama sekali tidak bagus; para karyawan
sudah tidak mempercayai Anda sebagai manager ataupun pemimpin, dan pilihan Anda
ketika menerima pacar Anda ke dalam perusahaan menunjukkan kemampuan
pertimbangan Anda yang buruk.” McCaleb membalas emailnya sekaligus mengirim
email yang sama ke enam orang lainnya. Dia memberikan alasan untuk tiap poin:
kerjasama dengan Stripe sebenarnya lebih bagus dari yang dibayangkan oleh
mereka semua dan McCaleb juga meminta maaf karena tidak bisa menjadi manager
yang baik. Untuk kasus Joyce Kim, McCaleb menuliskan “Meskipun dia pacar saya,
semua itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dia maupun pekerjaan saya. Dia
adalah orang yang sangat pintar, berbakat dan mampu memenuhi peran yang sangat
dibutuhkan oleh perusahaan. Saya sudah berpacaran dengan banyak orang namun
hanya Joyce lah orang yang akan saya terima dalam perusahaan saya.”
Setelah voting berakhir,
dan sebagai bukti bagaimana dia menyelesaikan masalah, McCaleb menghilang
begitu saja. Dia dan Joyce pergi ke Costa Rica untuk berselancar, kemudian
berjalan-jalan ke Brazil. Bahkan teman-teman dekatnya di Ripple Labs tidak
mengetahui keberadaan McCaleb pada saat itu. “Kami hanya bisa menduga bahwa dia
mungkin sudah menyerah tentang hal-hal yang berbau kripto dan mulai berfokus ke
hal lain seperti artificial intelligence,” ujar seorang karyawan
Ripple Labs yang hingga kini masih menganggap McCaleb sebagai seseorang yang
patut diidolakan.
Turn
and Burn
Sementara itu, McCaleb dan
Burzlaff sedang mendiskusikan masalah pembiayaan hidup kedua anak mereka, namun
perilaku McCaleb ke anak-anaknya sama persis seperti kepergiannya dari Ripple
atau perusahaan-perusahaannya yang lain. Ketika terjadi masalah dengan
perusahaan eDonkey miliknya, McCaleb menghilang begitu saja. Dalam kasus
Mt.Gox, dia bahkan mengklaim bahwa perusahaan tersebut sudah tidak ada sangkut
pautnya lagi dengannya meskipun dia masih memiliki 12 persen saham perusahaan
dan memberikan saran pada Mt.Gox agar tetap mendapatkan asset perusahaan.
Cara McCaleb meninggalkan
anak-anaknya bahkan lebih parah, dan ibu kedua anak itu menyalahkan wanita yang
selama ini memainkan jalan pikirnya, yaitu Joyce Kim. Menurut Burzlaff, Kim
“membuat mantan saya memilih antara dia dan anak-anaknya dan tentu saja Jed
memilihnya.” Burzlaff dan McCaleb sudah mengakhiri hubungan mereka sejak lama,
namun kini McCaleb membatasi hubungan dengan anak-anaknya sampai saat Kim pergi
ke luar kota, baru dia dapat keluar menemui buah hatinya. Ketika mengetahui
kekasihnya akan pergi menemui anak-anaknya, Kim segera membatalkan kepergiannya
karena ia tidak mau Jed bertemu dengan mereka.
Sementara itu, setelah hampir
setahun tidak ada kabar, McCaleb memiliki ide baru untuk mendirikan suatu
perusahaan. Kali ini, usahanya akan berbasis pada mata uang digital dan cara
kerjanya yang sangat mirip seperti Ripple Labs bahkan menggunakan kode-kode
yang pernah dibuatnya untuk Ripple Labs dan membuat sistemnya terbuka yang
dapat diakses oleh semua orang. McCaleb masih memiliki dua trik lain yang bisa
membuat perusahaan barunya ini terbang lebih tinggi dibandingkan perusahaannya
yang sebelumnya. Yang pertama, McCaleb masih bisa bekerjasama dengan Stripe.
Kedua, ia masih memiliki 9 milyar XRP yang bisa diuangkan sewaktu-waktu. Dan
jika ia memilih untuk menjual semua XRPnya dan membuat Ripple Labs perusahaan
yang didirikannya dan masih mencantumkan namanya sebagai salah satu anggota
perusahaan meskipun ia tidak pernah hadir dalam rapat hancur seketika, maka
situasi akan semakin membaik baginya.
Pada tanggal 22 Mei 2014,
McCaleb mengirimkan sebuah tulisan untuk Ripple Labs yang menyatakan bahwa ia akan
mulai menjual sisa XRP yang dia punya dalam waktu dua minggu ke depan.
Pengumuman dari sang pendiri yang ingin menjual 9 milyar unit mata uang digital
yang ia bantu ciptakan pasti terasa seperti ancaman bagi semua orang yang
peduli dengan Ripple Labs atau yang menyimpan XRP. Jika memang terjadi, nama
Ripple Labs akan hancur seketika karena terbukti bahwa pendirinya telah
melakukan manipulasi pasar dengan pertimbangan yang kekanak-kanakan.
MiSoon Burzlaff |
Beberapa hari setelah itu,
MiSoon Burzlaff mengobrol dengan seorang pencinta kripto dari San Fransisco seorang
teman yang menemaninya di saat McCaleb mengumumkan rencananya untuk menjual XRP
dalam jumlah yang sangat besar. Temannya tersebut menuliskan sebuah pesan
berisi “Jed mengingatkanku beberapa minggu yang lalu tentang ‘sesuatu’ namun
saya tetap membuat order untuk membeli Ripple seharga 30ribu US Dollars untuk
orang-orang dan saya melakukannya.” Dan Burzlaff membalas: “Dia (McCaleb) baik
ya telah memperingatkan Anda.”
Pembicaraan itu terus berlanjut.
Burzlaff menambahkan: “Anda tahu tidak kalau Chris sekarang mempunyai 2 mobil
Porsche sementara Jed masih mengendarai Honda Civic tahun 1990-an? Saya punya
masalah personal dengan Jed, dan mungkin jika saya tunjukkan sms-sms gila yang
dia tuliskan untuk saya tentang masalah mengurus anak, orang-orang pasti tidak
akan menganggap dia sebegitu hebatnya. Untuk saat ini, saya masih menyimpan
bukti-bukti tersebut untuk diri saya sendiri.”
Korespondennya membalas, “semua
orang pasti memiliki saat-saat dimana mereka bertindak kurang baik” namun
Burzlaff tidak mundur secepat itu. Ia membalas, “Jed tidak bersikap seperti itu
sekali atau dua kali saja. Sudah berbulan-bulan dia memperlakukan saya dan
anak-anak saya seperti itu.”
Burzlaff, sebagai seorang
penulis handal sekaligus pengamat perilaku sosial manusia yang berpengalaman,
menuliskan: “Kedua orang tersebut sangat berbeda dan memiliki visi yang
berlainan tentang apa yang seharusnya terjadi pada Ripple. Jed adalah seorang
libertarian yang anarkis, sedangkan Chris adalah orang dengan pendirian yang
biasa-biasa saja. Walaupun secara personal saya memiliki masalah dengan Jed,
saya senang karena dia memberikan peringatan kepada komunitas.”
Burzlaff memberitahu temannya
bahwa saat dimana McCaleb mengumumkan bahwa dia akan menjual semua XPRnya
sebenarnya bukanlah suatu kebetulan. “Jed memberitahuku bahwa karena sistemnya
Ripple itu bersifat terbuka (open-source), nanti pasti akan ada saat
dimana seseorang akan mengubahnya (fork). Jed tidak pernah menyebutkan
apakah seseorang yang dia maksud itu sebenarnya dia sendiri atau bukan, namun
dia sengaja membuat pengumuman tersebut di saat yang telah dia tentukan mungkin
supaya Ripple hancur dan anjlok harganya sebelum mata uang digital barunya
meluncur… Saya tahu persis berapa Bitcoin dan uang fiat yang Jed punya. Secara
hukum, saya mempunyai hak untuk mengetahui itu namun saya harus
merahasiakannya. Inilah kata-kata terakhir dari saya: saya tahu berapa milyar
uang yang dia punya dan saya rasa uang tersebut cukup untuk menghancurkan RL.”
Intinya, pada awal musim panas
2013, McCaleb meninggalkan Ripple begitu saja. Pada bulan Maret 2014, dia
benar-benar keluar dari perusahaan tersebut dan tidak lagi tercatat sebagai
anggota dewan. Dua bulan kemudian, dia mengumumkan bahwa dia akan menjual semua
XRPnya salam waktu yang sama dan sebulan kemudian, McCaleb meluncurkan Stellar.
Jed McCaleb’s Bitcoin
Mystery Tour (a.k.a. Stellar)
Stellar memiliki banyak pemimpin
atau tidak punya sama sekali. Joyce Kim mengatakan bahwa “tim kami (pada pertengahan
bulan Oktober) memiliki anggota sekitar 15 orang, termasuk para karyawan dan
kontraktor.” Kim mengatakan bahwa Stellar akan terus mencari orang-orang baru
namun untuk mencari seorang pemimpin sepertinya masih sangat susah untuk
dilakukan.
McCaleb sering dideskripsikan
dengan titel yang berbeda di situs Stellar, mulai dari “CEO dan Presiden”, “penemu/cofounder”,
“pengembang/developer” sampai “anggota dewan/ board member.”
Sejarah hidup McCaleb menunjukkan bahwa dia tidak menyukai tanggung jawab sebagai
seorang pemimpin. Dia meninggalkan eDonkey2000 untuk sebuah situs tempat cari
jodoh. Dalam kasus Mt.Gox, dia langsung kabur ketika masalah baru muncul.
Meskipun Mt.Gox masih mencatat namanya sebagai salah satu pemilik (dengan saham
12%), McCaleb mengklaim ketika Mt.Gox bangkrut bahwa dia telah menjual semua
sahamnya beberapa tahun sebelum kasus itu terjadi dan bahkan MtGox telah
menghapus coding ciptaannya. Di Ripple Labs, McCaleb pergi
dengan meninggalkan kesan yang tidak baik sambil berusaha untuk menghancurkan
mata uang tersebut.
Hasilnya sangat jelas: Jed
McCaleb menciptakan, mengembangkan, kemudian meninggalkan kreasinya begitu
saja. Orang yang bertanggungjawab terhadap Stellar dan orang yang sangat takut
pada Jed McCaleb sebenarnya adalah dirinya sendiri.
Kim memiliki resume yang
sangat panjang dan mengesankan, namun tidak terlalu dalam. Nama Joyce muncul
dalam dokumen-dokumen legal Stellar serta situsnya dengan titel “sekretaris”,
“direktur eksekutif” dan “member”. Apapun bakatnya, Kim bukanlah seorang
pemimpin. Peninggalannya di SimpleHoney merupakan bukti dari produk yang sudah
gagal sejak awal, ditambah lagi dengan artikel aneh di blognya yang berjudul, “How
to Build a Startup from a Beach.”
Joyce Kim |
Bahkan kenyataannya, Joyce Kim
selalu meninggalkan kesan buruk kemanapun dia pergi. Seorang tokoh yang disukai
di Silicon Valley bernama Om Malik sempat memperkerjakan Kim di GigaOm. Tidak
lama setelah itu, Joyce Kim menjadi orang terdekat Om Malik. Ketika Malik
menderita serangan jantung, Kim langsung menjadi rekan pembawa berita di
saluran acara berita populer miliknya selama Malik tidak bisa hadir. Bahkan di
dunia Silicon Valley dimana kegagalan biasanya dilihat sebagai awal dari suatu
keberhasilan, kebiasaan Kim dalam menciptakan keputusan yang buruk dan
menghilangkan uang orang lain terus terulang. “Joyce memiliki sejarah karir
yang aneh,” kata seorang narasumber yang berada di Silicon Valley, “Dia
sepertinya pernah menjadi seorang kuasa hukum perusahaan untuk beberapa saat
namun kemudian gagal. Lalu dia menjadi VC untuk selama enam minggu, kemudian
gagal lagi. Perusahaan yang dimulainya pun gagal. Dia seperti dilanda kegagalan
terus menerus.”
Pendapat tersebut dikonfirmasi
kebenarannya oleh Jeremy Liew, seorang rekan di Lightspeed Ventures yang telah
mendukung bergeraknya Flixster, Mic, LivingSocial, Bonobos dan perusahaan
kripto raksasa seperti Blockchain dan BTCChina. Liew menolak untuk berbicara
dengan Penulis, namun dia memberitahu temannya bahwa Joyce juga mengalami
kegagalan di perusahaan Freestyle, yang ditemukan oleh Dave Samuel dan Josh
Felser setelah keduanya menjual Spinner (ke AOL seharga $320 juta) dan Grouper
(ke Sony seharga $65 juta). “Joyce hanya bertahan selama enam minggu di
Freestyle sebelum menjadi seorang ‘penasihat’”, ujar Mr. Liew ke temannya.
Keberadaan Kim dalam waktu yang
singkat di Ripple Labs hanya selama 6 minggu juga tidak berhasil meningkatkan
kredibilitasnya dalam mengatur perusahaan.
Ada seorang professor bernama
David Mazieres seorang dosen di bidang sains komputer di Universitas Stanford
yang terkenal di perusahaan Stellar. Dia tertulis sebagai Ketua Peneliti di
Stellar namun perusahaan tersebut kerap juga menyebutnya sebagai penilai
atau evaluator dari luar perusahaan. Ketika Stellar mengalami
‘fork’ yang sangat membahayakan akan dibahas lebih lanjut nanti karena
merupakan titik yang sangat krusial dalam cerita ini pada tanggal 5 Desember,
perusahaan Stellar menutup-nutupi masalah tersebut seolah-olah aksi ‘forking’
itu hanyalah hasil dari para ahli yang sedang membenarkan sesuatu di dalam
sistem Stellar. “Prof. David Mazieres, ketua dari Secure Computing Group di
Universitas Stanford, menilai sistem konsensus yang dimiliki Ripple/Stellar dan
menyimpulkan bahwa algoritma yang ada sepertinya tidak aman untuk dijalankan
dalam situasi apapun,” ujar perusahaan tersebut ketika memberikan pernyataan
resmi. “Sebuah sistem baru sedang dikembangkan dibawah pimpinan Professor
Mazieres. Buku putih dan kode-kode yang telah dibuatnya diperkirakan akan
dirilis dalam beberapa bulan kedepan.”
Jika Anda membaca
laporan-laporan yang mengutip berita ini, atau jika Anda pernah membacanya di
situs resmi Stellar tanpa membaca daftar nama yang termasuk ke dalam tim
Stellar, maka Anda akan melewatkan beberapa hal ini: (1) Prof. Mazieres
bukanlah seorang ahli dari luar perusahaan namun karyawan yang tergabung di
dalam perusahaan Stellar; dan (2) masalah yang muncul sebenarnya berada di
bawah tanggung jawab Mazieres sebagai chief scientist. Fakta
tersebut tidak mendiskualifikasi Mazieres dari kepimimpinannya, namun juga
tidak memunculkan bentuk kepercayaan apapun ketika pengumuman keterlibatannya
dibuat tidak jelas seperti ini. (Untuk merespon pertanyaan dari Penulis,
termasuk apakah Stellar bersikap jujur dan transparan mengenai bagaimana cara
memanggilnya, Mazieres menuliskan “Meskipun saat ini saya memang sedang
mengerjakan sesuatu yang menarik di Stellar, masih lama bagi kami untuk merilis
sesuatu yang bergerak berdasarkan teknologi yang baru. Untuk saat ini, masih
sangat awal bagi kami untuk berdiskusi tentang hal ini secara publik dan saya
harus menolak semua kontak dengan media pers.”)
Wired menuliskan profil Jed
McCaleb edisi 2013 dengan tulisan “Jed McCaleb suka membangun hal-hal baru yang
membuat orang-orang penting gelisah.” Membuat orang-orang penting gelisah
merupakan sumber dari status kepahlawanan McCaleb diantara para coder dan
pencinta kripto. Namun sebutan “orang-orang penting” meliputi grup yang lebih
besar daripada sekedar para pembuat hukum dan kompetitor yang berpegangan pada
model bisnis terbaru. McCaleb membutuhkan “orang-orang penting” untuk
merealisasikan idenya. Siapapun yang setuju untuk bekerjasama dengan McCaleb
harus siap menampung segala risiko yang dapat ditimbulkan oleh McCaleb di masa
depan.
Stripe, Bootstrap Capitalism and the Anarchy-Establishment Tug
of War
Posisi Stellar dan kelompoknya
yang melibatkan para coder yang cukup terkenal semakin menarik
perhatian para pemain-pemain penting. Stripe adalah contoh yang paling relevan.
Stellar mendapatkan dana pinjaman awal sebesar 3 juta USD dari Stripe. Penemu
Stripe dan CEO-nya yang bernama Patrick Collison juga merupakan anggota dewan
Stellar sekaligus penasihat.
Di Silicon Valley, “siapa yang
Anda tahu” dapat diartikan sebagai “seberapa pentingnya Anda.” Hubungan Stellar
dengan Stripe membuat perusahaan tersebut terkesan lebih berharga karena
kehebatan yang dimiliki oleh orang-orang yang berada di belakang Stripe.
Meskipun masih disebut sebagai sebuah start-up oleh Fintech Press, namun Stripe
sudah melibatkan pihak-pihak penting seperti Y Combinator, Andreessen Horowitz,
Sequoia Capital dan juga beberapa pencipta PayPal. Kerjasama finansial dengan
pemain-pemain tersebut meningkatkan market cap Stripe menjadi 1,8 milyar US
Dollar dan dengan uang tersebut, Stripe dapat membiayai perusahaan lain seperti
Stellar.
Proses peminjaman dana ini
memberikan nilai awal untuk STR milik Stellar. Stellar membayar pinjaman 3 juta
USD ke Stripe dengan 2 milyar STR. Berdasarkan dengan distribusinya yang
terbatas sebanyak 100 milyar STR, transaksi tersebut mengimplikasikan bahwa
mata uang Stellar memilki market cap sebesar 150 juta US dollar (market cap
saat ini adalah 17 juta USD).
Stripe bukanlah sesosok
innovator melainkan hanya suatu merchant acquirer yang
sebenarnya merupakan bisnis low margin yang keras. Ada seorang penemu kripto
yang begitu takut dengan pengaruh Stripe yang semakin membesar sampai-sampai
dia tidak mau namanya disebut dalam artikel ini meskipun dia sudah terkenal
sebagai seorang pembicara yang blak-blakan pada pihak media. Beliau mengatakan
beberapa hal tentang Stripe: “Stripe mengikuti cara kerja di Silicon Valley dan
berpura-pura bahwa semuanya adalah tentang teknologi. Mereka bahkan berhasil
mendapatkan orang-orang brengsek dengan posisi penting di belakang mereka.
Anggota dewan yang berada di bawah Collison hanyalah kumpulan orang-orang
brengsek, ‘orang-orang pintar di Silicon Valley’. Kata-kata yang menunjukkan
bahwa keterlibatan mereka di Silicon Valley itu demi kebaikan dunia sebenarnya
hanyalah omong kosong belaka.”
Jika hubungan Stripe dan Stellar
diandaikan seperti hubungan orang pada umumnya di Facebook, maka mereka harus
merubah status mereka menjadi “it’s complicated” (rumit). Stripe tidak hanya
berinvestasi di Stellar Stripe membesarkan perusahaan tersebut, memberikan
perkenalan-perkenalan kritis serta kesan-kesan terbaik mengenai start up
tersebut di dunia fintech. Sebagai gantinya, Stripe dapat terlihat seperti
sekelompok inovator finansial daripada sekedar accumulator.
Namun sebenarnya sedekat apa
hubungan Stripe dengan Stellar? Bahkan lokasi kantor Stellar yang sebenarnya
saja masih tidak jelas.
Dua tahun yang lalu, Stripe
menyewa sebuah bangunan besar di 18th Street yang berada di
tengah-tengah Mission District di San Fransisco. Bahkan pilihan bangunan ini
seolah-olah menandakan sesuatu karena bangunan tersebut dulunya merupakan
tempat tinggal seorang microlender di Kiva.org. Menurut beberapa orang yang
sudah mengunjungi McCaleb terkait masalah bisnis, mereka biasa bertemu dengan
McCaleb di kantor-kantor milik Stripe dan mereka beranggapan bahwa Stellar juga
bermarkas disana. Bahkan, sebuah pertemuan Stellar untuk menarik para developer ke
dalam perusahaan Stellar memang diadakan disana dan di dalam kartu undangannya
tertulis “Stripe.”
Menurut kepala komunitas Stellar
yang bernama Marshall Hayner, Stellar sangat berhubungan dekat dengan Stripe.
Di balik 3 juta US dollar yang dipinjamkan Stripe pada Stellar, Stellar juga
mendapat beberapa keuntungan lain seperti jasa pijat di kantor dan makan siang
katering. Di sisi lain, Stripe-lah yang mengontrol semuanya: “Semua yang saya
lakukan harus berjalan melewati Stripe sehingga susah bagi saya untuk
bergerak.”
A
Very Interested Bystander: Wells Fargo
Di saat yang bersamaan, Stripe
juga tidak mau muncul sebagai sahabat dekat Stellar. Sikap mereka yang seperti
ini mungkin ada kaitannya dengan besarnya rasa ketergantungan Stripe pada Wells
Fargo. Wells Fargo merupakan bank merchant milik Stripe untuk memproses
transaksi pembayaran di Amerika. (Persyaratan Jasa yang diberikan Stripe kepada
para pedagang di AS menyebutkan nama Wells Fargo sebanyak 27 kali.) Di dalam
wawancara, Patrick Collinson menyebutkan nama Wells Fargo sebagai bukti bahwa
perusahaannya perlu ditanggapi dengan serius.
Patrick Collinson sebaiknya
menggunakan koneksi Stripe dengan Wells Fargo sebagai sesuatu yang kredensial.
Wells Fargo adalah bank keempat terbesar di Amerika Serikat dengan aset sebesar
1,7 trilyun US Dollar dan deposit sebesar 1,08 trilyun US Dollar. Meskipun
lambang perusahaannya menunjukkan dunia perbankan yang konservatif, Wells Fargo
sebenarnya sangat terbuka dengan bisnis-bisnis baru di tiap generasi. (Ketika
Pony Express sangat berkembang sampai bisa merekrut “Orphans Preferred” untuk
para pengendara, Wells Fargo menjadi salah satu agennya.)
Dukungan Stripe terhadap McCaleb
bisa menjadi bendera merah bagi Wells Fargo. Nama McCaleb sangat berkaitan
dengan keberadaan Mt.Gox, yang meskipun merupakan bentuk perusahaan yang jenius
namun juga menjadi perusahaan kripto dengan tingkat kegagalan terbesar di
sepanjang sejarah mata uang digital. Tidak sulit bagi kita untuk membayangkan
bank Wells Fargo bersikap skeptis tentang cerita post-skandal McCaleb, seperti
ketika McCaleb menjual Mt. Gox ke Mark “MagicalTux” Karpeles seorang programmer
asal Perancis yang tinggal di Jepang pada tahun 2011. Karpeles mengubah semua
kode yang pernah dibuat McCaleb sehingga ia tidak lagi memiliki sangkut paut
dengan Mt.Gox. Bahkan McCaleb berkata pada ArsTechnica.com bahwa dia sendiri
telah kehilangan 50.000 US Dollar di akun Mt.Gox miliknya ketika perusahaan
tersebut bangkrut.
Meskipun keterlibatan McCaleb
dalam kasus kebangkrutan Mt.Gox tidak pernah diketahui, pengorbanannya tetap
akan menjadi awan gelap yang menyelimutinya. Berdasarkan dokumen rencana bisnis
Mt. Gox pada tahun 2014-2017 yang bocor ke publik, Mt.Gox (Jepang) memiliki 2
pemegang saham dasar: Tibanne, yang dimiliki Mark Karpeles (88 persen) dan Jed
McCaleb; penemu dan pencipta tempat pertukaran Mt.Gox (12 persen).”
Kebangkrutan yang terjadi di Jepang melibatkan McCaleb sebagai salah satu dari
dua pemilik Mt.Gox. Dan satu minggu yang lalu, Charlie Shrem, seorang Bitcoiner
yang rela dipenjara dan juga memiliki hubungan yang sangat dekat dan berbisnis
bersama dengan McCaleb dan Karpeles, menyatakan kecurigaannya terhadap Mt Gox
dan menyebutkan bahwa uang di Mt. Gox sebenarnya sudah menghilang jauh sebelum
terbongkar ke publik: “Saya rasa mereka sudah kehilangan Bitcoinnya sejak lama,
setidaknya bertahun-tahun yang lalu sejak kasus hack yang pertama
terjadi.” Jika memang begitu, berarti kasus ini terjadi di hari-hari awal
ketika McCaleb masih terlibat. Shrem mengatakan pada Penulis bahwa aksi hack yang
pertama ini terjadi ketika McCaleb memberikan kekuasaannya ke Karpeles. “Jed
masih membantu jika ada waktu, seperti kami pada umumnya, tapi Mark memiliiki
kontrol penuh terhadap Mt.Gox pada titik itu.”
Charlie Shrem |
Bahkan Ripple Labs juga dikritik
oleh anggota dewannya sendiri karena berhubungan dengan McCaleb. Seseorang
bahkan mengklaim bahwa McCaleb tetap memiliki hubungan yang akrab dengan
Karpeles meskipun Mt. Gox telah dijual ke Karpeles. Bahkan McCaleb memberikan
informasi rekening banknya kepada para pelanggan Mt. Gox agar mereka dapat
melakukan deposito melalui McCaleb. Narasumber tidak dapat mengkonfirmasi
hal-hal spesifik yan[g terjadi antara kedua pemilik Mt. Gox itu namun
diceritakan bahwa “Jed sangat suka memperlakukan segala sesuatu secara santai
dan informal, seperti mempercayakan akun bank pribadinya ke Mark (Karpeles),
sekaligus memberikan kata sandi administrator yang tentunya berhasil diretas
tidak lama setelah itu.”
Penulis telah mempelajari bahwa
ini bukanlah pertamakalinya bagi Wells Fargo untuk mengungkapkan kekhawatiran
mereka terhadap dunia mata uang digital, khususnya mengenai McCaleb. Sampai
awal 2014, Wells Fargo memiliki tim yang terdiri dari 20 eksekutif dan
penasihat terbaik, termasuk Susan Athey, seorang professor ekonomi dari
Stanford yang juga termasuk ke dalam anggota dewan Ripple Labs. Mereka sempat
bergerak bersama-sama untuk menjadi bank pertama di Amerika Serikat yang terjun
ke dunia cryptocurrency. Namun tiba-tiba pada bulan Maret, setelah
Mt. Gox bangkrut di bulan Februari, Wells Fargo berubah haluan 180 derajat dan
menutup semua program yang terkait dengan cryptocurrency di
perusahaannya.
Musibah Mt. Gox diperparah
karena ada kaitan hukum dengan kasus Silk Road, sebuah tempat jual beli Bitcoin
yang digunakan untuk penjualan narkotika secara besar-besaran dengan sifat
anonim. Beberapa hari yang lalu di Manhattan, pendiri Silk Road yang bernama
Ross Ulbricht dihukum dengan tujuh tuduhan berbeda. Bahkan yang lebih
mengejutkan, masa percobaan Ulbricth menunjukkan bahwa Departemen Keamanan
Dalam Negeri AS telah lama menduga bahwa teman McCaleb yang bernama Mark
Karpeles, yang membeli Mt. Gox dari Jed, adalah dalang dibalik kasus Silk Road.
Sesuai dugaan, Wells Fargo
menjadi enggan untuk tergabung ke dalam dunia Bitcoin. Musibah yang melanda
dunia mata uang digital ini membuat bank tersebut menutup semua akun yang
mengurus keuangan untuk perusahaan-perusahaan cryptocurrency.
Bahkan sampai akun-akun yang digunakan oleh perusahaan itu untuk beroperasi,
seperti rekening yang digunakan untuk membayar tagihan listrik, juga ditutup
oleh bank tersebut.
Larsen pernah menggunakan Wells
Fargo untuk perusahaan-perusahaan sebelumnya yaitu E-Loan dan Prosper. Setelah
membangun hubungan lebih dari 20 tahun dengan bank tersebut, Ia terkejut ketika
mendapat panggilan bahwa dalam waktu tiga bulan, Ripple Labs sudah harus menemukan
bank baru untuk usahanya. Menurut pendapat Larsen, orang-orang yang berada di
Wells Fargo mengatakan bahwa, “Masalahnya adalah Anda memliki koneksi dengan
McCaleb, orang yang mendirikan Mt. Gox. Anda harus mengeluarkan McCaleb dari
Ripple Labs atau kami tidak akan bekerjasama lagi dengan Anda.” Walaupun saat
itu McCaleb sudah tidak lagi terlibat dengan Ripple Labs semenjak kasus voting
dengan para anggota dewan perusahaan tersebut di musim panas 2013, nama McCaleb
masih tercatat sebagai anggota dewan dan sebagai salah satu pemilik XRP
terbesar. Keadaan tersebut membuat Wells Fargo enggan bekerjasama dengan Ripple
Labs.
Washington
D.C. Uncool, Man
Menurut anggota kongres level
menengah di Washington yang tidak mau memberikan identitasnya berkaitan dengan investigasi
yang sedang tertunda, situasi Wells Fargo menunjukkan rasa ketidaknyamanan
terhadap dunia kripto dan Mt. Gox secara umum. Narasumber mengatakan, “Menurut
saya, mungkin Wells Fargo menjadi takut setelah mendapat bocoran informasi dari
investigasi DOJ yang sedang berlangsung, ditambah lagi dengan adanya satuan
tugas di Washington.”
Sementara itu, Wells Fargo
merupakan bank terbesar yang bekerjasama dengan Stripe dan memompa dana 6-12
milyar dollar AS per tahunnya melalui Stripe. Sehingga dengan kata lain, Wells
Fargo, sebuah bank yang tidak mau bekerjasama dengan perusahaan seperti
Stellar, kini mendanai perusahaan penyokong terbesar Stellar.
The
Department of Justice Takes a Look at Crypto
Disinilah titik dimana perbedaan
antara Ripple Labs dan Stellar menjadi sangat menarik. Dalam usahanya untuk
diterima secara umum oleh publik, Ripple Labs membangun kerjasama yang matang
dengan berbagai bank dan berusaha untuk mematuhi sejumlah peraturan dan
regulasi Kenal-Pelanggan-Anda (Know Your Customer/KYC) yang ada. Sebulan
yang lalu, Gene Sperling, seorang ketua penasihat ekonomi untuk Presiden
Clinton dan Obama, bergabung menjadi salah satu anggota dewan Ripple Labs.
Tergabungnya Sperling mungkin menambah kredibilitas untuk perusahaan tersebut,
sama halnya dengan sisi libertarian Stellar yang membuat mereka mendapatkan
kredibilitas juga. Namun sikap laissez faire yang diterapkan
Stellar terhadap regulasi yang diberlakukan oleh berbagai instansi pemerintah
membuat Stellar mendapatkan reputasi pemberontak yang mungkin juga akan merusak
hubungan mereka dengan Wells Fargo dan siapapun yang tidak mau berurusan dengan
FBI atau DOJ.
Charlie Shrem mempelajari
konsekuensi dari tindakannya dengan cara yang berat. Pada tanggal 26 Januari
2014, seorang pemuda berumur 24 tahun lulusan Yeshiva dari Flatbush turun dari
sebuah pesawat di JFK dan ditahan oleh tujuh orang anggota tim SWAT. Shrem
ditahan selama dua hari di kurungan yang terisolasi di penjara federal. Dia
sangat ketakutan. Shrem memberitahu Penulis, “Saya duduk di dalam penjara
tersebut dan menggunakan jumpsuit berwarna orange sambil menangis. Saya bahkan
tidak tahu apakah pacar saya berhasil sampai di rumah. Dan saya belajar
bagaimana cara membuat kopi di dalam toilet.”
Para pihak berwajib menangkap
Shrem pada bulan April 2014 dengan tuduhan konspirasi pencucian uang dan
beberapa hal yang bahkan tidak terdengar seperti aksi kejahatan, contohnya:
“sengaja tidak memberikan laporan yang mencurigakan kepada pihak
perbankan.” Shrem, yang tidak pernah lelah mempublikasikan tentang Bitcoin dan
mata uang digital ke publik, adalah CEO dari BitInstant dan salah satu pendiri
Bitcoin Foundation. Dia mengaku bersalah pada bulan September untuk mengurangi
tuduhan dalam membantu dan bersekongkol untuk melakukan operasi bisnis pengiriman
uang tanpa izin. Namun apakah itu benar-benar aksi tindak pidana? Jika ya, maka
orang-orang yang memimpin revolusi kripto ini sebaiknya membawa pergi beberapa
milyar koin yang baru mereka ciptakan untuk biaya hukum sebelum mereka, seperti
Shrem, juga mulai membuat kopi di toilet.
Mr. Shrem memberitahu The New
York Times bahwa, “Mereka menginginkan pengakuan bersalah di catatan mereka dan
itulah yang akan mereka dapatkan. Mereka menangkap seorang pengguna Bitcoin.”
Sebulan yang lalu, Shrem dijatuhi hukuman dua tahun penjara karena “secara
tidak langsung membantu untuk mengirimkan satu juta dollar AS ke Silk Road” dan
diharapkan untuk melakukan aksi pelayanan publik selama satu tahun.
Shrem memiliki hubungan yang
akrab dengan McCaleb dan Powell, dan sebagai seorang sahabat yang berani
melangkahi batasan dalam hukum, ia menceritakan persahabatan yang muncul
diantara mereka. Shrem mengatakan kepada penulis bahwa, “Arthur Britto adalah
dalang sebenarnya dibalik Ripple. Jed dan Arthur menciptakan Ripple, Arthur
pernah menjalankan sebuah pasar jual beli Bitcoin bernama
exchangeyourBitcoins.com. Mereka menyewa Chris Larsen setelah kejadian itu.
Kemudian Jed membawa Joyce untuk bergabung dengan perusahaannya sebuah ide yang
paling buruk. Mengapa? Karena Jed adalah seorang coder. Jed, seperti saya,
adalah seseorang yang murni bergerak di bidang perangkat lunak. Kami percaya
bahwa perangkat lunak yang terbuka untuk publik akan mengubah dunia dan
membuatnya sebagai tempat yang lebih baik.”
Jika pemerintah menanggapi aksi
kriminalitas di dunia kripto secara ketat, sulit untuk membayangkan Stripe mau
berinvestasi dan mempertaruhkan reputasi mereka untuk Stellar. Sementara itu,
Ripple Labs telah menempatkan segala jenis sistem untuk membuat jaringannya
patuh dengan regulasi KYC, yang membuatnya terlihat kurang menarik bagi
para programmer dan coder. Namun Stellar adalah
tempat dimana para teroris atau penjual narkoba atau pembunuh bayaran dapat
melakukan bisnis mereka, yang berarti bahwa mata uang digital yang berkaitan
erat dengan kriminalitas turut mengalir di dalam Wells Fargo sebuah risiko yang
tinggi bagi sebuah bank yang tidak mau bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan
kripto, bahkan untuk membayar tagihan listrik pun tidak diperbolehkan
menggunakan akun bank mereka.
Untuk memahami dua sisi yang
terjadi pada Stripe, kita harus memahami terlebih dulu situasi apa yang terjadi
di Silicon Valley.
Banking
for Anarchists
Sebagai bisnis yang bergerak
untuk mendapatkan merchant, Stripe harus bersifat tenang dan serius dalam
menangani hubungannya dengan lembaga-lembaga perbankan serta hukum dan risiko
reputasi yang berjalan seiringan dengan regulasi “Know Your Customer” dan hukum
mengenai pencucian uang dan pendanaan aksi terorisme. Dalam rangka merekrut
teknisi-teknisi terbaik yang dibutuhkan untuk membangun produk yang
memperbolehkan adanya penilaian teknologi, Patrick Collinson memunculkan sebuah
persona yang bertanggung jawab ketika berbicara di depan publik, seperti ketika
ia menyampaikan pidatonya di Money2020 yang diadakan di Las Vegas. Saat itu,
dia membicarakan tentang lembaga-lembaga perbankan yang sedang mengambil
langkah untuk memasuki Abad ke-21. Ia berkata, “Perusahaan-perusahaan finansial
perlu mengambil langkah untuk berubah menjadi perusahaan-perusahaan teknologi.”
Itulah ucapan tokoh kesukaan media, Patrick Collinson seorang pemuda asal
Irlandia yang begitu menyukai bank sampai ingin menyeret lembaga-lembaga
tersebut ke Abad 21.
Patrick Collinson |
Namun dalam pembicaraan pribadi,
kata-kata yang Ia gunakan lebih tidak tertata. Salah satu pendatang bahkan
mengatakan kepada Penulis bahwa dalam perkumpulan sebuah grup kecil, Patrick
Collinson berkata pada sekelompok teknisi mengenai betapa bodohnya bank-bank
yang ada saat ini. Narasumber mengutip ucapan Patrick Collinson, “Bank-bank itu
hanyalah kumpulan orang-orang bodoh. Kita harus bekerja di dalam sistemnya
untuk merusak sistemnya dari dalam.” Banyak orang memperhatikan bahwa Patrick
Collinson sering mengutarakan rasa solidaritasnya terhadap prinsip kebebasan
yang dimiliki oleh para komunitas kripto yang libertarian.
Dua minggu yang lalu, penyedia
dompet Bitcoin yang bernama Coinbase mengejutkan seluruh industri karena
menghasilkan uang sebesar 75 juta dollar AS. Pendirinya yang bernama Brian
Armstrong, telah menerima nasihat serupa dari Patrick Collinson tepatnya
nasihat seperti “Kita ini miliader tetapi bukan tipe miliader seperti Kock
Bersaudara”. Armstrong, yang dulunya memulai hidupnya sebagai seorang
programmer untuk Airbnb yang saat itu masih dikenal sebagai Y Combinator,
bergerak di lingkungan yang sama seperti Patrick Collinson, yaitu di kalangan
orang-orang professional dan para ahli di bidang teknologi informasi. Menurut
seseorang yang direkrut secara langsung untuk bergabung ke dalam Coinbase oleh
Armstrong, Patrick Collinson sudah agak “berkepala dingin” setelah Stellar,
mungkin karena pemimpin Stellar telah membuat situasi menjadi tidak nyaman
dengan lembaga-lembaga perbankan yang berani dihina oleh Collinson secara
diam-diam.
Pembagian atas dua kelompok yang
saling bertentangan itu berdampak pada seluruh industri Silicon Valley. Coders
dan para ‘perusak’ dinyatakan sebagai pihak yang keren, sedangkan para pembuat
keputusan dan kaum eksekutif dianggap menyedihkan. Dinamika ini mempengaruhi sektor
teknologi finansial lebih parah daripada sektor-sektor lainnya. Kebutuhan untuk
menunjukkan wajah yang bertanggung jawab pada komunitas industri dengan aturan
paling ketat di dunia berlawanan dengan kebutuhan untuk tampil revolusioner
ketika merekrut orang-orang baru demi membangun sistem.
Berdasarkan pendapat seorang
eksekutif di industri teknologi finansial San Fransisco yang sudah menjadi
pengamat situasi ini secara cukup lama, McCaleb dan Partick Collinson sama-sama
memiliki “tipe” tertentu:
“Apakah Anda sudah melihat
sampul depan majalah BusinessWeek? Itu wajah Patrick. Jed ingin menjadi seperti
itu, namun Jed sudah berumur 40 tahun dan memiliki reputasi yang kurang baik.
Dia bukanlah seseorang seperti Patrick lagi, namun dia tetap diterima oleh orang-orang
yang seperti itu, dan dulu Jed memang sempat berdiri di posisi Patrick. Seorang
pria dewasa yang berdandan seperti anak-anak. Sangat menyebalkan sebenarnya,
namun anak-anak muda ini memang menghormati Jed dan ketika mereka berkumpul,
yang dibahas adalah perombakan, perusakan, pengacauan, dan menghancurkan
segalanya, dan mereka begitu sombong. Tapi setelah itu mereka pergi ke New York
untuk mencari modal karena mereka tidak bisa mendapatkannya dimanapun.”
Tidak ada seorangpun yang
mengerti tentang kekuatan yang berada dibalik dinamika “Coder Lawan Eksekutif”
selain McCaleb sendiri. Di saat yang tidak terduga, McCaleb (yang berada di
umur, kelas, gender, dan ras yang sama dengan Larsen) menuliskan sebuah email,
“Chris melakukan tindakan yang baik. Dia memang cocok untuk tampil didepan
publik untuk merepresentasikan perusahaan. Bahkan di masa seperti ini, memiliki
orang kulit putih yang kaya raya dalam perusahaan sepertinya memang masih bisa
memberikan kredibilitas tersendiri.”
Stellar’s
Dubious Non-Profit Angle
Stellar sudah berusaha untuk
membedakan identitas mereka dari bentuk mata uang digital lain dengan sebuah
strategi baru meskipun mata uang mereka masih sebagian besar disimpan atau
dikontrol oleh para penciptanya. Strategi mereka adalah mempopulerkan status
non-profit mereka. Di setiap halaman situs Stellar tertera logo hati dan
peringatan bahwa “Stellar tidak diciptakan untuk mencari profit”. Perusahaan
ini terus mengulang kalimat tersebut seakan-akan sudah tertulis di wajah
mereka. Mereka sangat rajin mendeklarasikan misinya yang bertujuan untuk
“memperluas akses finansial ke seluruh dunia.”
Kredibilitas Stellar tergantung
pada pemanfaatan tekanan kaum fundamentalis yang menimpa sisi libertarianisme
yang menjiwai komunitas coder. Perlu diingat bahwa kekuatan pendorong yang
memisahkan Ripple dan Stellar adalah ketakutan yang dialami oleh McCaleb
tentang hubungan perbankan yang dilalui Ripple Labs ketika mereka sedang
bersiap meluncurkan mata uang digital mereka. McCaleb berkali-kali menyatakan rasa
ketidaksukaannya yang tinggi terhadap hubungan perbankan yang dicoba dibangun
oleh Ripple Labs melalui lembaga perbankan lama bernama Wells Fargo. Itulah
salah satu alasan mengapa McCaleb hampir menghancurkan Ripple Labs ketika ia
keluar dengan cara membanjiri pasar Ripple dengan 9 miliar XRP miliknya.
Sementara aturan hukum mencegah
McCaleb dari menghancurkan nilai XRP yang ia bantu bangun bersama Ripple Labs,
statusnya sebagai seorang pahlawan bagi komunitas coder tetap
berdiri teguh ketika McCaleb mengumumkan keberadaan Stellar yang sebenarnya
mengambil sebagian besar ide yang sudah ada di Ripple sebagai mata uang
non-profit yang diciptakan “untuk rakyat.” Para coders teman-temannya McCaleb memasarkan
diri mereka sebagai kaum idealis libertarian yang ingin melepaskan masyarakat
umum dari cengkraman kaum kapitalis melalui mata uang yang tidak dibatasi oleh
apapun. Sehingga, langkah mereka dalam menyebut Stellar sebagai sebuah usaha
non-profit bukanlah hanya sebuah strategi biasa namun juga untuk keuntungan
pemasaran. McCaleb dan rekannya telah memposisikan diri mereka sebagai pahlawan
tanpa pamrih yang membela nilai-nilai murni yang digenggam kuat oleh para coders.
Joyce Kim mengatakan kepada
Penulis bahwa McCaleb dan Patrick Collison menggabungkan ide mereka untuk
sebuah protokol pembayaran dengan sudut pandang sosial mereka. “Patrick dan Jed
memiliki hubungan pertemanan yang cukup dekat dan keduanya cukup tertarik
dengan bentuk-bentuk inovasi yang ada di dunia finansial dalam kurun waktu
beberapa tahun ke depan,” ujar Joyce Kim. “Setelah mereka membicarakan tentang
visi mereka untuk sebuah protokol pembayaran agnostis, keduanya bergabung saat
ide mengenai sebuah usaha non-profit muncul di benak mereka.”
Ratusan perusahaan sedang
berusaha untuk memperbaiki apa yang dimulai oleh Bitcoin, namun hanya
Stellar-lah yang benar-benar memiliki kesadaran sosial.
Dalam waktu enam bulan pertama,
Stellar hanya menunjukkan sedikit bentuk kesadaran sosial dibalik usahanya
dalam menyombongkan bahwa mereka bergerak untuk membangun kesadaran sosial.
Beberapa tindakan mereka terlihat tidak konsisten dengan apa yang mereka
deklarasikan, dan mungkin suatu hari nanti justru akan menghancurkan diri
mereka sendiri.
Korporasi Pengembangan Stellar (Stellar
Development Corporation) bertemu dengan Sekretaris Negara Delaware dan
menyebut diri mereka sebagai “korporasi non-profit dan bukan perusahaan yang
bermain dengan saham” pada tanggal 2 Juli 2014. Dengan begitu, berarti tidak
ada pihak pemilik saham, dan juga tidak ada member yang memiliki hak untuk
menerima asset dan profit perusahaan. Pernyataan tersebut merupakan hasil
deklarasi diri sendiri, bukan hasil keputusan atas penentuan hukum ataupun
administratif.
Meskipun mereka mengeluarkan
pernyataan sendiri, pernyataan tersebut sebenarnya tidak begitu berarti.
Delaware tidak memiliki aturan hukum ataupun persyaratan tambahan untuk
korporasi-korporasi non profit. Di New York, contohnya, ada hukum khusus untuk
Korporasi Non-Profit. Di New York, Anda harus mendapatkan status non-profit tersebut,
serta mendaftar dan melapor ke Biro Amal Kejaksaan Agung yang sudah melakukan
banyak investigasi sebelumnya. (Di New York, edukasi non-profit juga harus
meminta persetujuan dari Departemen Pendidikan terlebih dahulu.) Tidak ada
hukum seperti itu di Delaware. Anda hanya perlu menyerahkan akta perusahaan
sebagai perusahaan non-saham. Namun deklarasi tersebut tidak berarti apa-apa IRS-lah
yang akan menentukan apakah Stellar merupakan suatu bentuk perusahaan
non-profit atau bukan, bukan Stellar yang menentukannya.
Stellar juga menyebutkan bahwa
mereka sedang mendaftar ke IRS untuk mendapatkan status 501 (c) (3) sebagai
organisasi bebas pajak. Dalam 6 bulan pertama sejak mereka berdiri, Stellar
menciptakan 100 milyar STR dengan 1,5 milyar STR dibagikan secara cuma-cuma ke
publik, 2 milyar STR diberikan ke Stripe untuk membayar hutang 3 juta dollar AS
mereka, dan ada tiga juta STR sudah tersedia di berbagai akun. Namun, Stellar
belum meregistrasikan diri ke IRS sampai pertengahan Januari. Situs Stellar baru
menunjukkan bahwa Stellar memiliki penasihat terpisah untuk mengurus
pendaftaran IRS-nya. (Joyce Kim memberitahu Penulis di pertengahan Oktober
bahwa “Penasihat non-profit kami sedang menyiapkan segala persyaratan untuk
pendaftaran. Ketika sudah selesai, kami akan segera mempublikasikannya secara
online.” Ia tidak merespon email penulis pada tanggal 22 Desember yang
menanyakan status pendaftaran Stellar.) Di dalam email yang tertulis pada
pertengahan oktober, Kim bersikeras bahwa Stellar memiliki dampak positif,
meskipun tidak dapat diukur secara nyata. “Kami memiliki banyak pekerjaan yang
harus diselesaikan, namun respon awal yang kami dapat dari komunitas developer,
organisasi-organisasi non-profit lain, lembaga-lembaga finansial serta
komunitas teknologi semuanya sangat positif. Stellar masih baru menginjakkan
langkah pertamanya di dunia digital yang sangat luas, sehingga kami masih
berusaha menentukan metric mana yang sebaiknya kami gunakan untuk mengukur
dampak positif yang kami berikan ke dunia luas,” ujar Kim.
The
Mystery of Who Got Stellar’s First 1.5 Billion STRs
Dengan asumsi bahwa Stellar
akhirnya mengikuti dan menyelesaikan permasalahan terkait stataus 501 (c) (3)
dengan IRS, hal tersebut berpotensi untuk menimbulkan masalah baru. Distribusi
awal mata uang STR sangat sedikit membantu kaum buta huruf dan tidak memperluas
akses finansial dunia seperti yang mereka janjikan dan publikasikan secara
terus menerus. Lima puluh persen dari STR akan didistribusikan melalui “program
pendidikan pendaftaran langsung.” 1,5 milyar STR sudah dibagikan melalui cara
ini.
Apa
yang dimaksud dengan “program pendidikan pendaftaran langsung ?”
Facebook.
Jika Anda memiliki sebuah akun
Facebook, Anda bisa mendapatkan STR. Para pendaftar bisa mendapatkan STR mereka
dengan metode siapa-cepat-dia-dapat. Melibatkan masalah autentifikasi untuk
proses pendistribusian mata uangnya ke Facebook terlihat seperti keputusan
outsourcing perusahaan yang serampangan. Menurut dua orang di Stellar, satu
masih bekerja di perusahaan tersebut, dan satu lagi sudah keluar musim gugur
lalu, perusahaan Stellar awalnya ingin mendistribusikan STR melalui tiga atau
empat langkah autentifikasi (“3FA” atau “4FA”) dari tiap akun,
namun mereka “tidak memiliki waktu untuk menambah lebih banyak lapisan keamanan
kecuali 2FA di Facebook.” Secara umum, 2FA merupakan sebuah “permainan” yang
mudah untuk dilakukan. Jika Anda tidak keberatan dalam membuat akun palsu di
Facebook, maka Anda juga dapat membuat akun Stellar. 3FA dan 4FA membutuhkan
informasi lebih untuk verifikasi seperti alat autentifikasi yang diberi waktu
tenggang khusus, atau verifikasi SMS dan nomor telpon.
Ketika ditanya mengapa Stellar
tidak memiliki waktu lebih untuk mengembangkan sistem dengan keamanan yang
lebih kompleks, para karyawan menjawab bahwa perusahan mereka “terburu-buru
mengerjakan sistemnya karena Departemen Jasa Keuangan (DFS) New York akan
mengeluarkan Bitlicense dan Stellar ingin dianggap sebagai perusahaan senior
sebelum hukum tersebut berlaku.” Pada bulan Maret 2014, Departemen Finansial
New York mengisukan sebuah aturan publik bahwa mereka sedang memikirkan untuk
mengadakan sebuah proses lisensi untuk mata uang digital. Pada tanggal 17 Juli,
DFS memberi daftar persyaratan untuk membuat suatu lisensi, termasuk verifikasi
identitas, pelaporan adanya kecurigaan terhadap kasus penipuan atau aktivitas
ilegal, perlindungan terhadap aset pengguna, dan penyediaan bukti keberadaan
mata uang virtual.
Dua minggu kemudian, Stellar
meluncurkan mata uang digitalnya. Stellar memberikan 1,5 milyar STR lebih dari
4,5 juta via akun Facebook. Acara giveaway Stellar-Facebook
ini memang disediakan untuk para spammer, hacker, dan pengguna jasa-jasa
seperti Mechanical Turk Amazon yang memudahkan para pengguna untuk menemukan
orang-orang di seluruh dunia untuk membuat akun palsu, memanipulasi web
traffic dan melakukan spam di segala bentuk sosial media. Beberapa
saat setelah acara giveaway ini berjalan, Everett Forth
bercerita di Medium dan juga di situs Stellar tentang kisahnya yang berhasil
mendapatkan 2 juta STR dalam waktu 24 jam. Pengguna lain yang dengan nama “msafkakamsm” juga menerima 5.000
pembayaran berbeda dengan tiap pembayaran mendapat 75.9 STR dalam waktu kurang
dari 6 jam dan bahkan memasang video di Youtube yang menunjukkan bagaimana cara
dia melakukannya. Pengguna itu diduga menjual metode tersebut ke pengguna yang
lain.
Bahkan ada beberapa situs yang
muncul hanya demi mengajarkan masyarakat mengenai sistem Stellar, dengan
memberikan trik-trik untuk mendapatkan mata uang digital secara gratis dan
ditukar ke dalam mata uang fiat atau yang dulu biasa disebut “cash”. Di
Muastr.com, contohnya, ada grafik yang mengurutkan nama pihak-pihak yang telah
menjadi penipu terbaik. Mereka memiliki alat-alat edukasi dan blog yang berisi
berita-berita terbaru seputar sistem anti-penipuan Stellar. Mereka bahkan
memiliki sebuah program yang membayar orang-orang yang berhasil melakukan aksi
penipuan. Dalam kata lain, para penipu ulung di Vietnam telah menciptakan
sebuah model bisnis baru yang berputar di sekitar acara bagi-bagi STR yang
dilakukan oleh Stellar.
Stellar tidak hanya menyadari
masalah ini, namun juga melihatnya sebagai sesuatu yang positif. Di situs Tech
in Asia terdapat artikel berjudul “Para pengguna di Asia menjadi kunci
pertumbuhan Stellar” yang didalamnya tertulis bahwa ada “lebih dari setengah”
dari total 3 juta akun Stellar letaknya di Asia. Joyce Kim, setelah dipuji
karena edukasinya yang tinggi, menyebutkan bahwa perusahaannya memiliki
kemampuan untuk menguatkan perusahaan-perusahaan yang baru berkembang. Ia juga
berhasil menghiraukan masa lalunya di SimpleHoney dan Ripple: “Ketika saya
berbicara dengan Patrick dan Jed dan ketika kami sedang mengerjakan ide awal
Stellar, ternyata mereka masih mencari orang untuk mengurus bisnis dari aspek
non teknikal… Sangat sulit bagi saya untuk menolak permintaan itu, sehingga
akhirnya saya pergi untuk bergabung dengan Stellar.”
Sementara itu, pengguna-pengguna
Stellar yang lain mulai kehilangan kesabaran. Salah satu moderator di Stellartalk.org mengatakan bahwa
“Anda tidak bisa mempercayai sistemnya… Stellar baru berumur satu bulan jadi
mata uang ini merupakan sebuah kripto yang masih sangat baru. Tolong tunggu
perkembangan lebih lanjut dan segala gangguan pun akan diselesaikan.” Di post
berikutnya, lebih meliput dari segi perspektif ‘dunia nyata’. “Jangan khawatir,
saya benar-benar mengerti bagaimana cara kerjanya. Namun, sebagai seorang
konsultan yang bekerja di industri finansial, jika saya membiarkan proyek yang
saya kerjakan terilis di publik dengan kekurangan-kekurangan seperti itu, maka
saya akan kehilangan pekerjaan saya. Saya bisa menjamin hal itu. Dunia
finansial adalah industri dimana jika Anda memiliki peluang untuk hancur
meskipun hanya semenit, Anda tetap mendirikan usaha Anda… Berpengalaman atau
tidak, situasi seperti ini akan memberikan dampak buruk yang sangat besar
kepada reputasi sistem apapun dan menyebabkan hilangnya kepercayaan.”
Kesimpulannya adalah Stellar
gagal dalam melakukan acara giveaway-nya. Namun, diantara
orang-orang yang mengambil keuntungan dari STR-STR yang dibagi-bagikan secara
gratis, ternyata ada orang-orang dari perusahaan Stellar itu sendiri. Stellar
dan Stripe telah menyadari hal ini dan beberapa dari mereka bahkan mengumpulkan
mata uang digital tersebut. Ada satu orang yang benar-benar memahami berbagai
mata uang digital di dunia dan dia mengatakan, “Secara umum, kebanyakan akun
atau koin yang ada telah diberikan kepada akun-akun palsu, bahkan lebih dari
90% berbuat seperti itu. Kedua pihak manajemen Stripe dan Stellar sudah
mengetahui hal ini dan beberapa orang bahkan sudah memegang sejumlah besar
STR.”
Ketika ditanya mengenai sistem
distribusi ini, Lisa Henderson, seorang rekan pengurus pajak di perusahaan CPA
San Jose Frank Rimerman LLP, mengatakan bahwa kriteria pendaftaran tersebut
“terkesan agak terlalu santai. Seberapa kuatnyakah hal tersebut bagi sebuah perusahan
non-profit untuk membagikan asetnya kepada siapapun, dan bukannya memberikan
koin-koin tersebut kepada orang-orang yang memang pantas mendapatkannya?”
Charitable
Intentions?
25 persen dari total STR telah
dibagikan kepada komunitas yang dianggap cocok oleh Stellar. Ketika meneliti
ulang rencana pendistribusian STR milik Stellar, Henderson mengatakan bahwa
“bahkan lembaga amal yang hendak mendapatkan STR dari Stellar pun harus mengisi
formulir permintaan dana dan menyatakan tujuan mereka mendapatkan STR tersebut.
Mengapa orang biasa dapat mendapatkannya begitu saja?” Joe Blow bisa
mendapatkan STR jika ia memiliki akun Facebook sedangkan orang-orang yang
seharusnya didanai oleh Stellar malah harus melewati berbagai macam rintangan
untuk membagikan STR ke komunitas yang benar-benar membutuhkan.
Sisa STR yang ada tidak
diberikan pada pihak-pihak yang memiliki tujuan beramal. 20 persen dari total
STR dipegang oleh pemegang saham dua mata uang digital yang sedang bersaing,
yaitu Bitcoin dan Ripple. Jumlah STR yang dimiliki oleh orang dalam Stellar
hingga sekarang masih belum diketahui dan hal ini menjadi masalah berhubung
perusahaannya terus menyombongkan masalah transparansi. Stripe memiliki 2
milyar STR. Stellar mengakui bahwa mereka memiliki 5 milyar STR “untuk biaya
operasional”. Masih belum diketahui berapa jumlah STR yang dimiliki oleh
McCaleb, Joyce Kim ataupun karyawan dan penasihat lain. Setidaknya satu sumber
mengatakan kepada Penulis bahwa ada beberapa orang dalam yang mengumpulkan
Stellar ketika acara Facebook Giveaway masih berjalan.
Selain karena adanya kesadaran
sosial dari Patrik Collinson, Stripe berinvestasi di Stellar dengan tujuan
untuk menggali profit. Lebih tepatnya, mereka mempromosikan Stellar untuk
membantu bisnis pengelola pembayaran miliknya sendiri. Greg Brockman, CTO dari
Stripe, menyadari sesuatu ketika Stellar mengatakan bahwa “mengetahui bagaimana
caranya mengirimkan uang secara efisien adalah sesuatu yang sangat kita dukung;
Stripe mengerahkan banyak tenaga untuk mengintegrasikan segala macam protokol
finansial dan perbankan di berbagai negara (17 pada hitungan terakhir).”
Brockman menyimpulkan bahwa “Stellar sangat eksperimental, namun kami
beranggapan bahwa sangat penting untuk menginvestasikan tenaga dan upaya di
infrastruktur dasar ketika kesempatan seperti ini muncul.”
Satu-satunya kesempatan Stellar
untuk menghindari pajak adalah dengan mendapatkan persetujuan dari IRS sebelum
menjadi jelas seberapa besar perusahaan ini memperkaya pendirinya dan
orang-orang di dalamnya. STR hampir tidak memiliki nilai sama sekali saat ini;
jadi memberikan 2 milyar STR ke Stripe sebenarnya tidak memiliki efek apapun.
Jika Stellar berhasil membangun mata uangnya sampai sebesar Bitcoin (dengan
market cap mencapai 3,5 milyar USD), STR yang dimiliki Stripe yang pada akhir
Juni lalu senilai 3 juta USD, bisa menjadi 70 juta USD.
Menurut para ahli pajak yang
berkonsultasi dengan Penulis, di saat IRS berhasil memahami bagaimana Stellar
memperkaya McCaleb, Patrick Collison dan orang-orang dalam lainnya yang
menerima Stellar ketika mata uang tersebut baru pertama kali didistribusikan,
ada kemungkinan bahwa IRS akan mengetahui bahwa perusahaan tersebut tidak
konsisten dengan tujuan beramal yang tertulis di pengecualian nomor 501 (c)
(3). Henderson menyimpulkan seperti ini: “Anda memberikan 95% STR. Mengapa Anda
melakukannya? Setelah itu Anda mengganti uangnya kembali. Pada intinya, Anda
menciptakan sebuah pasar untuk menguntungkan diri Anda sendiri. Jika tidak
seperti itu, Anda memiliki aset yang tidak bernilai dan Anda tidak akan bisa
menggunakannya untuk apapun. Sekarang secara tiba-tiba, ada beberapa orang yang
memiliki aset tersebut. Baru dengan situasi seperti itu, Anda bisa melakukan
sesuatu.” Henderson menyebutkan “Doktrin Langkah-langkah Transaksi” dimana IRS
mengamati langkah-langkah formal yang berbeda secara satu kesatuan dan tidak
dipisahkan dalam hal menentukan kewajiban membayar pajak “Jika mereka
meruntuhkan semuanya, tampaknya akan menjadi pelanggaran nyata terhadap manfaat
yang ada. Apapun alasannya, Anda tidak seharusnya mendapatkan manfaat
tersebut.”
Mata uang digital adalah sebuah
bisnis baru. Sangat sulit untuk memprediksi apakah IRS dapat memahami tentang
hal ini dari formulir pendaftaran yang diisi oleh start-up baru tersebut. Akan
sangat naif bagi kita jika kita berpikir bahwa pemerintah federal akan diam
saja ketika kontrol mereka terhadap mata uang semakin terkikis dan transaksi
finansial semakin terancam dengan keberadaan mata uang digital. Kejadian yang
menimpa Shrem hanyalah salah satu contoh nyatanya.
Jika, seperti yang disarankan
oleh Penulis, Stellar menghiraukan semua akun palsu yang mendistribusikan mata
uang non-profit ini, dalam waktu cepat atau lambat, IRS akan menolak untuk
memberikan atau membatalkan persetujuan yang pernah mereka setujui sebelumnya
mengenai status 501 (c) (3) Stellar. Henderson mendiskusikan tentang risiko dan
berbagai macam hukuman bagi lembaga non-profit yang menipu publik: “Jika Anda
adalah perusahaan dengan status 501 (c)(3) dan Anda menipu publik dalam bentuk
apapun, status Anda akan dicabut. Jika mereka secara sengaja menciptakan
akun-akun palsu dan hal tersebut diketahui oleh publik, Anda tidak akan bisa
lagi menipu masyarakat. Khususnya jika mereka sudah sampai titik dimana mereka
menerima donasi publik, mereka tidak akan bisa lagi secara sengaja mencoba
untuk membohongi masyarakat. Saya tahu sudah ada banyak isu yang berkaitan
dengan Bitcoin. Bitcoin adalah sesuatu yang benar-benar terdesentralisasi. Hal
seperti ini hanyalah cara orang-orang untuk mengambil untung dari situasi
tersebut untuk melakukan aktivitas illegal. Dalam kasus ini, jika mereka ingin
melakukan penggalangan dana dari publik, mereka memiliki kewajiban fidusia dan
saya pikir pelanggaran terhadap hal itu, termasuk penipuan yang disengaja
terhadap masyarakat umum, akan menjadi masalah besar.”
Ketika Stellar sudah melewati
masa-masa indah yang datang dari status non-profitnya, struktur dan program
distribusinya akan berujung ke risiko baru yang berkaitan dengan hukum dan
reputasi mereka di mata publik. Meskipun jika suatu saat nanti ada pemimpin
yang muncul untuk mengurus masalah tersebut dan Stellar berhasil terus berdiri
dengan status non-profitnya, apakah langkah tersebut memang sebuah model bisnis
yang bagus untuk pencipta mata uang? Uang, terlepas dari apakah itu menjadi
akar dari segala permasalahan, memang menjadi sumber segala profit.
Seminggu yang lalu, The Wall Street Journal memberitakan bahwa Ripple
Labs sudah hampir tiba di tahap akhir dalam misinya mengumpulkan dana sebesar
30 juta USD. Laporan perkembangan ini memberikan kesempatan bagi para pendukung
mata uang digital untuk bersorak ria mendukung kapitalisme dan aksi penggalian
profit. Sebuah cerita dari cointelegraph.com menyebutkan bahwa pendiri
SearchCoin Network yang bernama Vishal Gupta menuliskan sebuah proposal yang
berisi bahwa “perkembangan software dan langkah promosi yang dijalankan Ripple
Labs terkesan lebih seperti suatu langkah perusahaan bukan organisasi non
profit.”
“Anda mungkin berpikir bahwa hal
ini adalah langkah yang buruk namun sebenarnya, pilihan tersebut sejalan dengan
kepentingan finansial yang ada termasuk kepentingan-kepentingan para pengguna,”
tulis Gupta di blognya.
Disaster
Strikes: Stellar Forks
Pada tanggal 2 Desember 2014,
Stellar mengalami apa yang disebut sebagai “ledger fork”. Artinya,
transaksi-transaksi STR yang terjadi bisa hilang atau dicatat beberapa kali di
komputer-komputer berbeda yang berada di dalam jaringannya. Berhubung mata uang
digital tidak memiliki bank atau pihak perantara, buku besar yang ada di
jaringan adalah wujud konsensus dari komputer-komputer yang terhubung dalam
jaringan mata uang digital tersebut. Untuk sebuah teknologi baru, khususnya
bagi sebuah start-up baru di pasar yang kompetitif dimana kepercayaan pelanggan
sudah jelas sangat penting adanya, kejadian “ledger fork” ini merupakan bentuk
perkembangan yang sangat buruk.
Semua orang yang terlibat di
dunia kripto sudah tahu betapa bahayanya “ledger fork”. Jika Anda baru
bergabung ke dalam dunia mata uang digital, kasus “ledger fork” ini sama halnya
seperti mengulang waktu dan merubah sejarah yang ada. Masa depan yang sudah
terubah itulah yang dikenal sebagai fork. Di film-film, langkah
mengulang waktu tersebut sering berujung ke peristiwa-peristiwa buruk, dan hal
buruk ini juga akan terjadi ke orang-orang yang bertransaksi dengan mata uang
digital yang sudah ter-fork.
Joyce Kim menerbitkan suatu
artikel di situs resmi Stellar tiga hari setelah ditemukan adanya fork.
Dalam artikel tersebut tertulis, “kemungkinan akan muncul situasi dimana nodes yang
ada akan terbagi menjadi beberapa buku besar dan tidak ada orang yang dapat
memastikan buku besar yang mana yang nantinya akan digunakan oleh jaringan.
Jika jaringan nanti berpindah ke jaringan buku besar yang lain, maka
transaksi-transaksi yang telah terdaftar di buku sebelumnya akan dianggap tidak
valid situasi ini dapat menimbulkan adanya masalah double spending di
dalam jaringan.”
Penulis telah meneliti cerita
ini jauh sebelum Stellar diluncurkan ke publik. Ledger fork yang
terjadi itu adalah isu terbaru dan terbesar dari berbagai masalah yang ada di
dalam teknologi Stellar. Meskipun McCaleb memiliki reputasi sebagai seseorang
dengan daya imajinasi yang tinggi dengan kemampuan coding yang
mengagumkan, McCaleb bukanlah seseorang yang benar-benar bisa menciptakan
sebuah teknologi yang aman dan dapat dipercaya. Dua ide besar yang ia miliki sebelumnya,
eDonkey2000 dan Mt.Gox, sempat sukses (sebelum kemudian hancur) sebagai pelopor
yang berani melangkah terlebih dahulu daripada perusahaan lain, namun dari segi
teknis, kedua ide ini sebenarnya tidak begitu superior. Bahkan alibi yang
dikatakan McCaleb setelah skandal Mt.Gox muncul berisi bahwa Mt.Gox telah
membuang semua hasil coding yang didesain McCaleb beberapa
tahun sebelum Mt.Gox bangkrut.
Ketika McCaleb meninggalkan
Ripple Labs, yang terlihat adalah dia meninggalkan perusahaan karena keinginannya
sendiri dan memulai mendirikan Stellar. Nyatanya adalah dia meninggalkan
perusahaan karena kalah voting dengan rekan perusahaannya dan dia juga tidak
menggunakan ide yang benar-benar baru untuk Stellar.
Penopang utama Ripple Labs
sebenarnya adalah Britto, kepala strategi perusahaan tersebut. Shrem, yang
dikenal sebagai seseorang yang penting di dunia Bitcoin yang berhubungan dengan
orang-orang berkuasa (termasuk McCaleb), menjelaskan kepada Penulis bahwa
McCaleb dan Britto mendirikan Ripple Labs secara bersama-sama dan kemudian
mereka mengajak Larsen untuk bergabung.
Teknologi Stellar sangat erat
kemiripannya dengan Ripple Labs. Dengan menggunakan GitHub search, Penulis menemukan 177 contoh
dimana kode milik Stellar menggunakan instruksi “VFALCO TODO.” Referensi itu
ternyata merujuk ke Vinnie Falco, seorang senior engineer di Ripple Labs.
Tiga screencaps dari GitHub yang muncul pada
tanggal 8 September menunjukkan bagaimana Stellar menghapus nama “Ripple” dari
kode-kodenya dan menggantinya dengan “Stellar”.
Salah satu tindakan yang
dilakukan Stellar untuk membedakan dirinya dengan Ripple Labs adalah
menghilangkan proteksi yang dibangun oleh Ripple Labs untuk mengakomodasi
persyaratan “know your customer” dan kebutuhan anti-pencucian uang yang
diminta oleh lembaga-lembaga perbankan.
Semua itu sudah hilang dari
Stellar. Menurut salah satu sumber yang kenal baik dengan McCaleb ketika beliau
masih berada di Ripple Labs, “Jed pasti akan senang jika ada ISIS fork di
Stellar atau Gaza fork atau Uyghur fork yang mendukung gerakan separatis di
China. Hal tersebut pasti akan menjadi bukti kepahlawanan Jed dan mungkin akan
membahagiakan komunitas yang ada sebagai suatu bentuk nyata dari
libertarianisme.”
Pada titik dimana masalah coding dan
isu-isu strategis diantara kedua perusahaan ini mulai terpecah, beberapa sumber
memberitahu Penulis bahwa Stellar sebenarnya menderita karena adanya perbedaan
tersebut. Ada pendapat yang muncul di komunitas kripto bahwa Stellar, meskipun
terkesan keren, sebenarnya tidak begitu bagus. Pada tanggal 3 September,
terjadi sebuah pembicaraan pribadi antara penulis, Andrew White seorang
programmer yang berhubungan dekat dengan McCaleb, dan Powell dengan Vitalik
Buterin, CEO dari Ethereum sekaligus seorang senior di bidang kripto. Di dalam
pembicaraan yang membahas mengenai Ripple dan Stellar, Buterin mengatakan
pendapatnya dengan sangat terus terang.
Andrew White: apakah Anda
memiliki prediksi tentang bagaimana nasib Stellar/Ripple kedepannya?
Vitalik Buterin: menurut saya,
Stellar akan gagal. Ripple memiliki tim yang lebih baik, mereka tidak
memiliki fork yang bisa menghancurkan diri sendiri (fork disini
didefinisikan sebagai fork yang mengambil kode milik Ripple
dan tidak menambahkan apa-apa selain kode yang sudah ada), dan saya yakin
Ripple memiliki koneksi yang lebih baik daripada Stripe.
Vitalik Buterin: Stellar memang
terasa lebih dekat dengan komunitas, namun nilai utama yang dimiliki
protokolnya itu sebenarnya bekerjasama dengan bank. Komunitas berpikir exchange
yang terdesentralisasi itu sudah ada dari tahun 2012 lalu.
Kebobrokan yang ada di software
Stellar muncul pada tanggal 20 September yang lalu, ketika beberapa nodes milik
Stellar mulai hancur. Pemadaman berlangsung sekitar 16 jam sehingga semua
transaksi Stellar terhenti. Tak seorangpun di Stellar mampu mengatasi masalah
atau berkomunikasi dengan komunitas Stellar pada saat itu. Menurut apa yang
ditulis McCaleb di situs Stellar, “Pada waktu itu, mayoritas pekerja kami
sedang bekerja di luar kantor.”
Pemadaman pada tanggal 20
September itu termasuk kasus yang kecil dibandingkan dengan ledger fork yang
terjadi pada awal Desember. Pada hari Selasa, tanggal 2 Desember, “nodes yang
ada di jaringan Stellar mulai berhenti melangkah di jalan yang sama.” Kasus ini
tidak diungkapkan hingga akhirnya Joyce Kim menulis artikel di situs Stellar
tiga hari setelahnya.
Late
Warnings, Early Epitaphs and a Gun From the Grave
Salah satu narasumber yang
merupakan seorang pemimpin yang sangat dihormati oleh komunitas kripto
sekaligus pembicara yang sering muncul di konferensi fintech memberitahu
penulis bahwa fork yang terjadi di Stellar merupakan kegagalan
besar dan ia menyalahkan perusahaan sekaligus pemimpinnya karena tidak bergerak
untuk melindungi para pemegang mata uang digital tersebut:
“Kasus ini menandakan akhir dari
Stellar. Saya tahu mereka memang tidak mengatakan hal seperti itu, namun Ya
Tuhan, kenapa mereka tidak langsung saja sekalian menciptakan mata uang digital
dengan Excel? Stellar sekarang menjadi counterparty mata uang
digital lain dan mereka adalah pihak yang sangat lemah. Jika perusahaan
pembangun Stellar bangkrut, maka para pengguna Stellar tidak akan memiliki
apa-apa. Sekarang bandingkan dengan Ripple dan Bitcoin, jika tidak ada Ripple
Labs, mata uang Ripple masih dapat berdiri sendiri seperti Bitcoin. Protokol
baru yang diajukan Stellar menghancurkan semua ide dasar mengenai protokol yang
terdistribusi dan mereka harus menghentikannya sebelum konsensus hancur. Mereka
berusaha untuk menyalahkan Ripple namun dari sudut pandang saya, Ripple tidak
pernah sestabil ini. Ripple telah melakukan lebih banyak transaksi dan memiliki
90 orang di dalam timnya. Saya menduga Jed mungkin menghancurkan sesuatu di
perusahaan itu sebulan yang lalu, tapi jangan salah langkah ini merupakan suatu
musibah bagi mereka. Ide yang akan direalisasikan oleh Jed tentang bagaimana
dia akan menemukan sebuah sistem konsensus baru dalam beberapa bulan kedepan
dan 4 juta akun palsu mereka hanya akan menunggu dan diam saja disana.”
Narasumber melanjutkan
pemikirannya. “Pada intinya, Stellar sudah bukanlah lagi sebuah mata uang
digital. Stellar telah menjadi sebuah counterparty namun apa
risikonya? Mereka tidak mengatakan berapa uang yang mereka dapatkan. Bukankah
itu sebenarnya alasan mengapa SEC itu ada? Jadi bukan hanya Anda tidak bisa
bergantung pada transaksi yang ada karena sebagai satu-satunya validator,
Stellar juga satu-satunya arbitrator yang mengurus masalah tersebut, tetapi
Anda juga sedang memegang aset yang dulunya merupakan suatu aset digital dan
sekarang sudah berubah menjadi suatu bentuk digital liability. Hal
tersebut merupakan contoh perubahan yang sangat fundamental dan sangat ironis
melihat kasus ini datang dari Jed, seorang libertarian murni. Sekarang dia
sedang menjalankan suatu bentuk liability terpusat yang tidak
terdaftar. Sungguh mengagumkan.”
Ketika ditanya apa yang
seharusnya dilakukan Stellar ketika mata uangnya mengalami ‘fork’, narasumber
mengatakan, “Seharusnya mereka segera menutup perusahaannya. Mereka tidak
seharusnya berdiri seperti ini. Saya tidak percaya bahwa para anggota dewan, khususnya
orang-orang hebat seperti Patrick Collison dan Keith Rabois, berani mengekspos
diri mereka sampai seperti ini. Mereka sedang melanggar semua lisensi MSB.
Sudah tidak ada ambiguitas disini. Sekarang semuanya hanyalah bentuk kewajiban
terpusat.”
Seorang eksekutif fintech yang
berhubungan dekat dengan Patrick Collison juga berbicara dengan Penulis dengan
syarat namanya dirahasiakan karena ia tidak mau ambil risiko terlibat dalam
masalah dengan orang penting yang sering berbisnis dengannya. Dia setuju bahwa
Patrick Collison kemungkinan akan cepat-cepat bertindak untuk mengurangi
kerugiannya dengan munculnya musibah ‘forking’ di Stellar: “Menurut saya jika
melihat sikap Collison, Anda pasti akan tahu bahwa Stripe baik-baik saja.
Mengapa Anda perlu pusing tentang hal ini? Lebih baik Anda cepat-cepat
mengakhiri semuanya dan berkata, ‘Baiklah, teknologi ini memang tidak berhasil.
Bitcoinlah yang terbaik.’ Ada kemungkinan Collison akan membela mereka atau
membuang teknologi itu sepenuhnya. Lagipula apa untungnya bagi dia?”
Setiap bentuk kelemahan dalam
dukungan Stripe yang diberikan ke Stellar sudah mulai diragukan oleh mereka
yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya dicari perusahaan sebesar Stripe, yang
ingin berbisnis dengan banyak bank-bank di dunia finansial yang sangat
teregulasi ini, dari mata uang digital Stellar yang bersifat libertarianisme
murni dan ingin terlepas dari aturan pemerintah. Pertanyaan-pertanyaan ini
sebenarnya sudah muncul bahkan sebelum adanya musibah forking yang menimpa Stellar.
Jesse Powell, penemu Kraken yang
dulu sempat menjadi anggota dewan Ripple Labs, memiliki hubungan yang dekat
dengan McCaleb. Perlu diingat bahwa ia adalah orang yang memperkenalkan McCaleb
ke Joyce Kim ketika Kim membutuhkan dana untuk start-upnya. Ketika McCaleb
meninggalkan Ripple Labs setelah terjadi masalah besar dengan rekannya, Powell
pergi bersamanya dan kedua orang tersebut dianggap berhubungan dekat oleh
orang-orang di dunia fintech, termasuk Shrem. Namun dalam wawancara yang
dilakukan bersama Penulis, dua hari sebelum bencana 5 Desember itu terjadi,
Powell juga sudah mulai mempertanyakan reputasi Stripe yang terlihat jelas
berasosiasi dengan Stellar.
“Saya belum melihat apa manfaat
yang didapatkan oleh Stripe dari hubungan kerjasamanya dengan Stellar. Mungkin
ada beberapa hal yang terjadi di internal perusahaan dan mungkin Stripe
mendapatkan sesuatu saat Stellar dikembangkan tapi saya tidak tahu. Untuk saat
ini, manfaatnya belum terlihat jelas di mata saya dan mungkin Stripe ingin
menggunakan sistem IOU Stellar untuk pembayaran atau sebagainya. Mungkin Stripe
ingin mengintegrasikan Stellar untuk… proses checkout? Saya
tidak tahu. Masih belum jelas bagi saya. Hingga saat ini, saya belum melihat
ada manfaat nyata yang dirasakan oleh Stripe.”
Setelah musibah tanggal 5
Desember di perusahaan Stellar itu terjadi, ada sebuah ironi yang menarik
perhatian para ahli yang bergerak di bidang tersebut. Setelah menghabiskan
waktu setahun untuk menghina Ripple Labs di setiap kesempatan yang muncul,
Stellar tiba-tiba mengerahkan segala upaya yang mereka bisa untuk mengkaitkan
kedua perusahaan itu di mata publik. Bahkan kalimat singkat yang diutarakan
Joyce Kim dalam artikel yang berjudul “Keselamatan, kehidupan dan toleransi dalam kesalahan bentuk-bentuk
pilihan konsensus”, menyebut nama Ripple sebanyak enam kali, termasuk di dalam
kalimat pertama. Dalam mendeskripsikan kegagalan Stellar, terlihat jelas bahwa
Joyce berharap bahwa publik dapat mengetahui bahwa Ripple juga sama rentannya
dengan Stellar, meskipun pada nyatanya, Ripple tidak pernah mengalami ‘fork’
walaupun sudah berdiri jauh lebih lama dari Stellar dengan market
cap 10 kali lipat lebih besar.
Jadi mengapa tiba-tiba bersandar
pada kalimat “Sistem konsensus Ripple/Stellar?” Menurut salah satu narasumber
yang mengenal McCaleb dan Joyce Kim dengan baik, dia secara pribadi menyalahkan
Ripple: “Jed bukanlah pemain catur yang baik. Saya sudah pernah menyaksikannya
berkali-kali bagaimana ia sering membuat langkah-langkah berani yang sangat
agresif. Tindakan Jed yang membawa Joyce masuk kedalam Ripple Labs merupakan
contoh langkah yang sangat agresif. Untuk bertindak seperti itu, Anda harus
benar-benar yakin. Dan entah bagaimana, diantara Joyce dan Jed, mereka juga
berhasil meyakinkan Collisons untuk bergabung, bukan? Jadi itulah M.O. mereka.
Mereka melakukan langkah-langkah berani ini yang tidak memiliki kesempatan
untuk berhasil. Saya rasa membahas isu ‘kegagalan Ripple-Stellar’ adalah suatu
kesalahan karena Ripple adalah mata uang digital yang 50 kali lebih besar
daripada Stellar dan tidak pernah ada error di sistem konsensusnya. Dan kini
Jed sudah disalahkan oleh publik. Dan saya yakin orang-orang dibelakang Ripple
pasti menyukai situasi ini karena mereka tidak pernah berkomentar dan
membiarkan Jed menghancurkan dirinya sendiri.”
Penulis meminta narasumber untuk
menjelaskan lebih lanjut tentang mengapa Stellar bersifat sangat rentan
sedangkan Ripple tidak, karena pada dasarnya Stellar menggunakan kode-kode yang
ada di Ripple. “Saya merasa Jed terlalu percaya diri,” ucap narasumber, “Dia
menganggap bahwa dialah yang menciptakan teknologi tersebut. Padahal nyatanya,
teknologi barunya yang sekarang mengalami ‘fork’ dengan teknologi yang ada di
Ripple sudah sangat berbeda. Ripple Labs memiliki tim yang besar dan tiap hari
mereka bekerja untuk menyempurnakan sistemnya, sedangkan di Stellar hanya ada
Jed dan satu orang lain. Model-modelnya pun berbeda dan lebih bisa dimanfaatkan
oleh Ripple Labs.”
“Anda harus mengerti apa dampak
musibah ini terhadap Jed secara personal,” ucap narasumber, dengan sekilas rasa
kesedihan untuk rekan dan sahabat berselancarnya. “Coba pikirkan lagi apa itu
Bitcoin. Semua ide dibelakang mata uang tersebut, ‘kita tidak percaya
pemerintah AS untuk mengontrol dollar.’ Orang-orang kripto seperti Jed sangat
terobsesesi dengan ide bahwa pemerintah AS tidak cukup kuat untuk menjadi counterparty.
Dan sekarang Anda dapat melihat entitas yang sangat rapuh dan spekulatif
bergerak menjadi penjamin mata uang baru Anda! Bentuk sentralisasi seperti itu
merupakan kebalikan dari ide awal yang memulai semua ini. Tentunya Jed merasa
sangat hancur dan kecewa akan hal ini.”
Merasa hancur ? Mungkin begitu.
Tidak ada yang tahu apakah Stellar atau Ripple atau Bitcoin (atau mungkin bukan
ketiganya) yang nantinya akan sukses menggantikan Dollar, Euro atau Yuan di
masa mendatang. Tapi McCaleb adalah satu-satunya orang yang sudah terlibat jauh
dalam hari-hari awal perkembangan ketiga cryptocurrency ini. Dan jika ada satu
atribut yang dia tunjukkan berulang kali mulai dari saat dia berada di pantai
Nicaragua, sebagai orang tua dari dua anak, dan sebagai pendiri beberapa
perusahaan itu adalah kemampuan dia untuk memanfaatkan kekaguman para fansnya
dalam menghindari tanggung jawabnya sebagai orang dewasa.
Artikel ini merupakan
terjemahan dari artikel “The Race to Replace Bitcoin” yang dapat Anda
akses disini.
Sang penulis, Michael
Craig, adalah seorang pengacara industrial dan juga penulis buku The Professor, the
Banker, and the Suicide King: Inside the Richest Poker Game of All Time dan The 50 Best (and Worst)
Business Deals of All Time.