Persepsi Salah Tentang Bitcoin
Bagaimana Orang Sering Keliru Mempersepsikan Bitcoin, Sehingga
Seringkali Salah Kaprah Tentang Bitcoin
Salah Kaprah tentang
Bitcoin. Berikut adalah kumpulan persepsi yang keliru yang telah
berkembang di masyarakat terkait dengan pemahaman atas Bitcoin. Memang pada
dasarnya budaya membaca masih cukup minim di Indonesia, ditambah lagi, karena
memang tidak mudah untuk menjelaskan Bitcoin.
Sedangkan, sumber referensi yang
ada, lebih banyak dalam bahasa asing. Maka lengkap sudah sekian hal yang
menghambat pemahaman tentang Bitcoin di Indonesia. Kesalah pahaman ini diambil
secara global, bukan hanya di Indonesia saja. Berikut diantaranya bagaimana
salah kaprah tentang Bitcoin yang seringkali muncul:
Bitcoin seperti mata uang digital
lain, ada pemilik pusat dibelakangnya. Sehingga pemilik bisa mengendalikan
secara penuh, baik penciptaan mata uang barunya, mempengaruhi harga di pasar,
dan dapat menentukan kebijakan-kebijakan secara subyektif kepada pengguna.
Bitcoin menjadi berbeda dari
mata uang digital yang pernah ada sebelum-sebelumnya sejak
Bitcoin adalah sepenuhnya terdesentralisasi. Sehingga tidak ada sentralitas di
dalam Bitcoin, tidak ada penanggung jawab seperti halnya AS terhadap Dolarnya,
atau RI terhadap Rupiah.
Bitcoin tidak dicetak seperti mata uang
Fiat oleh bank sentral. Bitcoin baru dihasilkan oleh para relawan yang menjaga
ekosistem jaringan Bitcoin melalui proses yang disebut dengan istillah “mining/
pertambangan”. Sedangkan pada proses pertambangan tersebut, sebenarnya adalah
sebuah proses memverifikasi keseluruhan transaksi Bitcoin.
Dan dari proses tersebut,
relawan (penambang) juga telah menjaga integeritas keseluruhan data dan
informasi transaksi Bitcoin. Keseluruhan data tersebut, tersimpan dalam sebuah
database yang disebut dengan (Blockchain). Para relawan yang telah
berkontribusi dalam menjaga integeritas data dan informasi keseluruhan
transaksi itu, diberikan reward sejumlah Bitcoin, dan kriteria-kriteria itu
telah ditetapkan di dalam protokol sistem Bitcoin.
Karena Blockchain terus dijaga
integeritasnya oleh para relawan, maka validitas dan keamanan di sistem Bitcoin
menjadi sulit untuk ditembus. Dan hampir tidak mungkin, terlebih Bitcoin
menggunakan jaringan peer-to-peer, dan tidak ada sistem terpusat, dan tidak ada
server pusat khusus didalamnya.
Karena tidak menggunakan server
terpusat inilah yang menjadikan keamanan transaksinya menjadi
berlapis. Berbeda dengan server terpusat, yang mudah ditembus pada server
tersebut, jika server tertembus, maka keseluruhan sistem juga akan berhenti.
Bitcoin tidak ada sentralisasi, tentu saja personal,
lembaga, atau instansi manapun yang berfungsi sebagai pusat pengendali secara
penuh. Penciptaan unit-unit Bitcoin baru bisa dilakukan oleh siapa saja,
terbuka untuk semua orang. Dan justru dengan itulah yang akan menjaga
integeritas sistem Bitcoin tetap berjalan.
Harga Bitcoin, tidak ditentukan oleh
pihak manapun, karena Bitcoin adalah desentralisasi. Pelekatan nilai Bitcoin,
pertama kali muncul sebagai penghargaan atas daya yang telah dikeluarkan
seseorang saat dia untuk menjalankan Bitcoin. Saat itu, pada 5 Oktober 2009,
New Liberty Standar mempublish rate Bitcoin dengan nilai 1 USD = 1,309.03
Bitcoin (BTC). Nilai tersebut diambil berdasarkan besarnya biaya listrik yang dibutuhkan
untuk menghasilkan atau membuat Bitcoin baru. Dan naik-turunnya harga bitcoin
sepenuhnya ada di pasar. Pelaku pasar itu sendiri yang menentukan harga Bitcoin
naik ataupun turun.
Bitcoin tidak seperti emas :
- Bitcoin mudah untuk ditransaksikan, baik mentransfer atau menerima
- Bitcoin lebih aman, dan mudah cara mengamankannya
- Mudah memverifikasi transaksi
- Lebih praktis
Bitcoin tidak Seperti Fiat
money (uang kertas) :
- Jumlah Bitcoin terbatas dan Bisa diprediksi sebelumnya. Total jumlah Bitcoin adalah 21 juta, dan jumlah tersebut baru akan dicapai pada tahun 2140. Tidak seperti uang kertas, karena bisa dicetak kapan saja yang dikehendaki tanpa ada batasan. Hal inilah yang membuat mata uang kertas selalu jatuh nilainya karena penciptaanya terus dipompa dari waktu-kewaktu. Dan makin jatuh nilainya ketika semakin banyak gelembung-gelembung uang baru yang telah dicetak.
- Bitcoin tidak ada otoritas terpusat (seperti US -> Dolar, RI -> Rupiah)
- Tidak berdasarkan sistem hutang, seperti pada Fiat
Bitcoin berbeda dengan mata
uang digital lain sebelum-sebelumnya karena:
- Bitcoin berpotensi bisa anonim (tidak membutuhkan identitas apapun)
- Sejarah transaksi tersimpan rapi dan bisa ditelusuri secara terbuka oleh siapa saja.
- Transfer yang cepat
- Biaya yang lebih murah.
Bitcoin di backing dari daya
yang dibutuhkan untuk proses penciptaan Bitccoin Baru.
Tidak benar jika Bitcoin di
“Backing” oleh daya proses untuk menjalankan sistemya. Istilah “Backing” ini
tidak benar. Sebuah mata uang yang di “backing”, maka artinya mata uang
tersebut dipatok dan ditentukan oleh pihak tertentu dengan sesuatu yang lain.
Daya energi memang dibutuhkan untuk proses pembuatan Bitcoin baru. Namun daya
energi itu tidak bisa dipertukarkan dengan Bitcoin.
Bitcoin tidak di “backing” oleh
apapun juga. Karena Bitcoin mampu dan berpotensi menjadi mata uang dari dalam
dirinya sendiri. Dan ini sama juga seperti dalam Emas. Karena Emas juga tidak
di “Backing” oleh siapapun dan pada apapun. Bitcoin juga begitu, sama seperti
emas.
Bitcoin sebetulnya tidak
berharga sama sekali karena tidak di “Backing” oleh apapun”
Dalam hal ini, orang lain bisa
juga berpendapat bahwa Emas juga tidak di “backing” oleh apapun juga. Bitcoin mempunyai
sifat bawaan yang ditimbulkan karena sistemnya. Dan individu-individu pengguna
Bitcoin ini memberikan penghargaan (nilai) secara subyektif ketika melihat
Bitcoin. Pada akhirnya, Bitcoin juga bisa menjadi pentransfer nilai, dan juga
bisa dipertukarkan karena individu-individu tadi telah memberikan nilai atas
Bitcoin.
Nilai Bitcoin didasarkan dari
besarnya biaya listrik, dan daya komputasi pada proses pertambangan.
Pernyataan ini tidak benar.
Pernyataan tersebut mencoba mendekatkan Bitcoin dengan Teori Nilai Kerja (Labor Theory Value – Karl Marx). Karena belum tentu
juga misalkan sesuatu yang membutuhkan daya sebesar “N” maka produk yang
dihasilkan akan bernilai “N”. Karena bisa jadi, produk yang telah dihasilkan
tersebut nilainya mungkin lebih besar, atau malah lebih kecil. Dan tentu saja,
itu akan tergantung sampai dimanakah utilitas produk itu bagi penggunanya. Dan
akhirnya individu pengguna ini yang nantinya memberikan penilaian atas produk
itu.
Faktanya, teori tersebut justru
terbantahkan sendiri jika melihat pada kenyataan proses dan cara kerja sistem
Bitcoin. Biaya pertambangan Bitcoin berdasarkan pada seberapa layakkah
pertambangan Bitcoin itu dilakukan. Di dalam bitcoin:
- Jika harga Bitcoin naik -> banyak orang yang akan menambang.
- Jika banyak penambang -> tingkat kesulitan pertambangan akan naik.
- Jika tingkat kesulitan naik -> biaya pertambangan juga akan naik
Penjelasannya: Jika harga bitcoin
naik, maka banyak orang akan cukup tertarik melakukan pertambangan. Tentu saja
karena menganggap hal ini cukup menguntungkan bagi mereka. Dan karena telah
banyaknya orang yang menambang, maka potensi pemecahan puzzle dalam
pertambangan bisa dilakukan lebih cepat. Peluang pemecahan puzzle itu bisa
terselesaikan lebih banyak, dan mungkin lebih cepat dari rata-rata waktu 10
menit.
Karena rata-rata penyelesaiannya
bisa lebih cepat dari 10 menit, akhirnya tingkat kesulitan juga akan bertambah.
Karena tingkat kesulitan menjadi naik, maka biaya yang dibutuhkan untuk
menambang juga pasti akan bertambah. Listrik yang digunakan bertambah, biaya
koneksi bertambah, dan kemungkinan penambangnya akan menambah ataupun
mengupgrade perangkatnya agar bisa menyesuaikan tingkat kesulitan tersebut. Dan
kebalikannya jika ternyata harga bitcoin turun.
- Jika harga Bitcoin turun -> penambang menjadi berkurang
- Jika penambang berkurang -> peluang tingkat kesulitan akan turun juga bertambah. Dan peluang bitcoin baru yang akan dihasilkan juga menjadi berkurang.
- Jika tingkat kesulitan turun -> maka biaya yang dibutuhkan untuk menambang juga berkurang.
- Jika supply Bitcoin baru berkurang -> memacu kembali harga Bitcoin untuk naik karena ada kelangkaan Bitcoin di pasar.
Sehingga dari hal itu, akan
menjadi sebuah keseimbangan. Efeknya, menyebabkan besarnya biaya untuk proses
pertambangannya menjadi lebih proporsional, sebanding dengan besarnya Bitcoin
yang bisa dihasilkan, namun bukan pada harga Bitcoinnya.
Bitcoin tidak mempunyai nilai
intriksik, tidak seperti yang lainnya
Hal ini tentu tidak benar.
Dengan Bitcoin, pengguna bisa mempunyai kapabilitas untuk menangani transaksi
yang besar sekalipun melalui sebuah pesan transaksi saja secara global. Dan itu
didistrubusikan dengan membubuhkan “timestamped” yang akan mencatat data itu
secara permanen di dalam database bitcoin (disebut dengan Blockchain).
Tentu saja ini menjadi cukup
berbeda dibandingkan lainnya, karena hal ini bisa dilakukan oleh Bitcoin bahkan
bisa didistribusikan secara luas, dan kemana saja. Ada sebuah pertukaran yang
bisa menunjukkan jumlah pesan yang bisa dilekatkan. Namun pada Desember 2013
lalu, 1 Bitcoin telah bisa melekatkan 1000 pesan, dan setiap pesannya bisa
dikirimkan dalam waktu kurang lebih 10 menit.
Sebuah pesan itu, bisa dikatakan
mempunyai nilai, karena di dalam Bitcoin, bisa mengukuhkan bukti kepemilikan
pesan ataupun dokumennya tersebut. Di dalam Bitcoin, ini bisa diwujudkan dengan
menggunakan fungsi hash saearah yang dipakai dalam sebuah transaksi. Jika kita
mengandaikan hal ini dalam sebuah jasa notaris elektronik (electronic
notarization services) yang banyak berlaku di negara asing misalnya, biaya yang
dibutuhkan kurang lebih hingga 10 dolar per dokumen. Dan jika hal ini
diberlakukan secara sama di Bitcoin, maka tentu 1 Bitcoin, akan mempunyai nilai
intrinsik sebesar 10.000 Dolar per 1 Bitcoin.
Pada beberapa komoditas lain
yang memiliki nilai intrinsik, umumnya nilai intrinsik itu lebih kecil daripada
nilai yang diperdagangkan dipasar. Misalnya saja emas, jika emas tidak
digunakan sebagai penyimpan nilai yang kebal inflasi (inflation-proof) dan hanya digunakan untuk proses
industrial saja, tentu juga tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Mengapa
begitu, karena kebutuhan industrial untuk menghasilkan emas itu jauh lebih
kecil dan berkurang dari jumlah pasokan emas yang tersedia.
Dalam sejarahnya, nilai
intrinsik ini sama halnya dengan pemberian atribut seperti divisibilitas
(keterbagian), fungibilitas (kenetralan uang), kelangkaannya, daya tahan,
ataupun mampu membuat komoditas tertentu untuk dijadikan media pertukaran.
Tentu ini bukanlah menjadi prasyarat utama.
Anggapan bahwa Bitcoin tidak
memiliki intrinsik, justru akan semakin bertolak belakang, karena justru akan
makin menunjukkan bahwa nilai intrinsik Bitcoin ternyata justru lebih besar
daripada komodiatas lain. Karena ternyata justru bisa menjadi sebuah kualitas
yang baik untuk digunakan sebagai media pertukaran tersebut. Hal ini bisa
dikatakan juga sebanding, atau bahkan justru lebih baik daripada uang itu
sendiri.
Nah, mari sekarang kita melihat
nilai Bitcoin dari jaringannya secara global, dan tidak secara parsial. Coba
kita bandingkan dengan nilai sebuah telefon yang tersambung juga dalam sebuah
jaringan. Sebuah telefon tanpa melalui jaringan, maka tentu saja telefon itu
menjadi tidak berguna. Sama halnya dengan nilai masing-masing Bitcoin, jika
tanpa ada jaringan globalnya seperti merchant, bursa Bitcoin (exchange), wallet dan yang lain. Dalam hal ini,
telefon itu membutuhkan sebuah jaringan untuk dapat mentransfisikan informasi.
Begitupun juga dengan sebuah unit Bitcoin, diperlukan untuk mengirimkan
informasi yang mengandung nilai ekonomi itu melalui jaringan itu.
Maka pada dasarnya, sebuah nilai
itu akhirnya ditentukan oleh orang-orang yang bersedia untuk mentransaksikan
atau memperdagangkannya. Dan itu ditentukan oleh supply and demand.
Bitcoin ilegal karena bukan
sebuah legal tender (mata uang yang sah)
Di Amerika, tepatnya pada bulan
Maret 2013, Financial Crime Enforcement Network telah mengeluarkan pedoman baru
tentang “de-centralized virtual currency”. Dan jelaslah
pedoman aturan baru ini merujuk pada Bitcoin. Di dalamnya disebutkan, “Pengguna
mata uang virtual bukanlah Money Services Businesses (MSB) yang
berada di bawah regulasi FinCEN, oleh karena itu tidak menjadi obyek dari MSB
untuk mendaftarkan diri, melaporkan, dan mencatat dan mematuhi
peraturan-peraturan yang ada.” Sedangkan para penambang, saat melakukan
pertambangan Bitcoin, mereka menggunakan itu secara pribadi untuk dirinya
sendiri. Sehingga tidak diharuskan untuk mendaftar di MSB atau sebagai
sebuah Money Transmitter.
Secara umum, ada sejumlah mata
uang, namun tidak dibacking oleh pemerintah secara resmi. Sebuah mata uang,
pada dasarnya tidak lebih dari sebuah unit akun yang nyaman untuk digunakan
oleh penggunanya. Sedangkan, regulasi hukum di suatu negara mungkin akan
berbeda-beda. Secara umum, perdagangan komoditas apapun termasuk seperti mata
uang digital Bitcoin, BerkShares, mata uang yang ada dalam game semisal WoW
gold, Linden dollars, tidak ilegal.
Di Amerika Bitcoin banyak
anggapan bahwa Bitcoin menjadi sebuah bentuk terorisme, karena akan
membahayakan stabilitas ekonomi
Terorisme berdasarkan
definisinya di AS, perlu melakukan tindakan kekerasan agar bisa dikatakan
sebagai sebuah teroris dan telah melanggar hukum. Pernyataan-pernyataan ini
yang kebanyakan dilontarkan oleh para politisi ini tidak memiliki fakta dan
tidak berdasar.
Bitcoin hanya memperbanyak
orang untuk menghindari pajak
Sebenarnya, transaksi tunai pun
memiliki tingkat anonimitas yang sama, tapi masih bisa di pungut pajak. Jadi
ini sebenarnya tergantung pada bagaimana aturan hukum yang berlaku di
masing-masing negara. Dan nantinya, masing-masing penggunanya yang akan
menentukan untuk mengikuti hukum yang berlaku di negara tersebut atau tidak.
Tentunya, akan ada konsekuensi jika tidak mematuhi hukum yang berlaku itu.
Transaksi dalam Bitcoin memang
memungkinkan untuk bisa dilakukan secara anonim, dan inipun sama halnya dengan
transaksi mata uang lainnya yang juga sama dapat ditransaksikan secara anonim.
Para penghindar pajak pun bisa ditangkap karena gaya hidupnya tidak sesuai
dengan aset dan pendapatan mereka yang dilaporkan. Jadi bukan karena pemerintah
mampu mengikuti peredaran uangnya.
Pengadopsi Bitcoin awal lebih
diuntungkan, sehingga ada perlakuan yang tidak adil
Pengadopsi awal, tentunya juga
mengambil resiko yang lebih tinggi, dengan waktu yang telah dicurahkan, maupun
dengan uang yang dimilikinya untuk mengadopsi Bitcoin. Persepsi ini sama halnya
dengan seorang investor dalam sebuah perusahaan, ataupun orang yang membeli
stock IPO perusahaan. Dan bisa juga, bahwa pengadopsi Bitcoin awal, lebih
banyak menggunakannya sebagai penyimpan nilai, daripada menggunakannya sebagai
pentransfer nilai.
Jumlah total 21 Juta tidaklah
cukup
Yang perlu diketahui adalah, 1
Bitcoin (BTC) terdiri dari delapan digit. Jadi sebenarnya Jumlah Total:
21 Juta BTC = 2.099.999.997.690.000
Lebih dari 2 quadrilion (ribuan
triliun). Dalam 1 BTC = 100.000.000 Satoshi (satuan kecil Bitcoin). Karena
nilai 1 BTC terlalu besar, sehingga transaksinya juga bisa dillakukan dengan
unit terkecil, seperti mili bitcoin (mBTC), atau micro bitcoin (uBTC).
Bitcoin adalah Ponzi Scheme
Dikatakan ponzi, jika pendiri
membujuk para investor dengan iming-iming mendapat keuntungan berlipat untuk
bergabung. Bitcoin tidak ada hal atau jaminan seperti itu. Bitcoin tidak ada
otoritas pusat, tidak ada entitas sentralnya.
Di dalam skema ponzi
adalah zero sum game, jumlah keuntungan dan kerugian dari seluruh
peserta adalah nol. Keuntungan yang didapatkan oleh seorang peserta, didapat
dari kerugian peserta-peserta yang lain. Dan kerugian seorang peserta, menjadi
keuntungan bagi peserta yang lain. Sehingga dalam skema ponzi, pengadopsi awal
hanya akan selalu mendapat keuntungan dengan mengorbankan pengadopsi akhir. Dan
pengadopsi akhir selalu hanya akan mendapat kerugian.
Di dalam Bitcoin, antara
pengadopsi awal maupun yang terakhir, dapat memiliki peluang yang sama-sama
menguntungkan, jika ada kenaikan harga Bitcoin. Begitu juga jika harga bitcoin
turun, baik pengadopsi awal ataupun akhir, berpeluang sama juga mendapat
kerugian. Yang lebih utama dengan Bitcoin karena menjadi desentralisasi, semua
pengadopsi bisa mengambil manfaat dan kegunaannya. Baik sebagai pentransfer
nilai, maupun sebagai penyimpan nilai. Kenyataannya, ini bisa diterima
masyarakat luas.
Satoshi nakamoto pun sebagai
pencipta Bitcoin, memposisikan dirinya sama kedudukannya. Di dalam sistemnya,
dia tidak menjadi penjaga gawang di sistemnya. Bahkan sejumlah Bitcoin miliknya
pun tidak dipergunakan hingga sampai saat ini. Bisa di cek sendiri sejumlah
Bitcoin milik Satoshi tidak pernah bergerak hingga saat ini.
Bitcoin adalah pyramid scheme
Justru sebaliknya, Bitcoin
berlawanan dengan skema piramida itu secara matematis. Bitcoin dibuat secara
algoritmik, dan cukup langka. Tidak ada manfaat juga secara eksponensial untuk menggaet pengguna baru.
Secara kualitatif, akan ada manfaat jika jumlah demand menjadi
naik, tapi hal tersebut sama sekali tidak eksponensial (tumbuh dengan berlipat ganda secara matematis).
Karena Bitcoin disimpan di
wallet, maka dengan copy file wallet bisa untuk mendapat lebih banyak Bitcoin.
Hal ini tentu tidak benar.
Karena dalam wallet ada private key. Dengan fungsi private key ini, maka
seseorang punya kendali atas kepemilikan Bitcoin. Dan semua transaksi
keluarnya, tidak bisa dilakukan tanpa mengakses private key yang hanya
diketahui oleh pemilik aslinya.
Bitcoin yang hilang tidak dapat
diganti, tidak bagus bagi mata uang
Pada dasarnya, bitcoin terbagi
dalam satuan terkecil 0.00000001. Jika ternyata ada sejumlah koin yang hilang
yang kebanyakan karena kelalaian pengguna terhadap private key miliknya, maka
itu tidak akan menjadi masalah di dalam Bitcoin. Dan tidak juga menjadi masalah
dan bitcoin sebagai mata uang. Karena karena dengan hilangnya koin itu, maka
akan mendorong nillai koin yang lain menjadi naik.
Jika ternyata Bitcoin bisa
hilang, kenapa tidak ada mekanisme untuk mengganti koin yang hilang ?
Cukup sulit untuk membedakan
mana koin yang benar-benar hilang, atau koin itu telah berpindah di wallet
orang lain. Cukup sulit membedakan hal itu. Yang dimaksud koin itu ternyata
telah berpindah di wallet yang lain, adalah karena kelalaian pemilik sehingga
sejumlah bitcoin itu bisa diambil orang lain.
Terbatasnya jumlah Bitoin
dengan adanya koin yang hilang berpotensi menjadi spiral deflasi.
Spiral deflasi bisa terjadi
karena melambatnya aktivitas ekonomi. Jika ini dipandang sebagai salah satu
kekuatan potensi deflasi mungkin benar. Faktor ekonomi seperti ulah penimbunan
karena faktor manusianya, mungkin juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
spiral deflasi ini.
Bitcoin tidak bisa mengontrol
dan mengendalikan inflasi
Inflasi dapat dilihat dari
kenaikan harga-harga barang dari waktu ke waktu sebagai dampak menurunnya mata
uang. Dan ini adalah fungsi dari supply and demand.
Faktanya justru jumlah total bitcoin terbatas, jauh berbeda dengan Fiat money.
Sehingga dengan adanya jumlah total supply Bitcoin ini akan bisa mengangani
inflasi. Namun Bitcoin sebagai mata uang desentralisasi, akan hancur juga
jika demand menurun atau bahkan hampir tidak ada.
Yang paling menentukan dan
penting disini adalah, Bitcoin tidak bisa digelembungkan oleh seseorang ataupun
badan maupun institusi manapun, baik pemerintah juga. Karena tidak ada cara
yang bisa digunakan untuk meningkatkan jumlah supply.
Komunitas bitcoin terdiri dari
banyak anarkis atau ada teori konspirasi
Kebanyakan individu-individu di
Bitcoin cukup beragam dalam sikap ideologisnya. Karena Bitcoin telah populer
saat ini, sebagian besar justru melihatnya karena dapat mengurangi biaya
e-commerce secara global.
Seseorang dengan daya komputasi
yang mendominasi lebih dari separuh jumlah keseluruhan dapat mengambil alih
jaringan
Betul, dan ini adalah kelemahan
Bitcoin. Namun dengan berkembangnya jaringan, maka menjadi cukup lebih sulit
untuk dapat melakukan itu. Meski dengan menggunakan super komputer yang paling
cepat se dunia yang dilakukan bersama-sama sekalipun.
Peluang seorang penyerang cukup
terbatas. Baik terhadap keinginan untuk membuat sejumlah Bitcoin palsu,
transaksi palsu, atau juga mengambil Bitcoin orang lain. Hal-hal itu justru
akan menghabiskan biaya yang jauh lebih mahal, penyerang membutuhkan sumber
daya yang besar agar bisa menguasai jaringan. Sebaliknya, justru seseorang akan
bisa mengambil manfaat dengan mendapat insentif yang dapat diperoleh dalam
pertambangan Bitcoin.
Selain itu, jikalau memang ada
upaya-upaya tersebut, itu hanya akan berjalan sesaat, begitu serangan itu pada
akhirnya tidak berhasil dan berhenti, maka jaringan pun kembali beroperasi
secara normal kembali.
Bitcoin bisa di hacked
Sejauh ini tidak pernah ada
serangan pada blockchain yang dapat mengakibatkan pencurian sejumlah Bitcoin
dengan mengubah output konfirmasi transaksi. Tidak seorang pun yang melaporkan
adanya kerentanan dalam software Bitcoin core, ataupun juga kerentanan protokol
yang digunakan Bitcoin.
Hal itu karena Bitcoin dapat
menjaminnya dengan menggunakan fungsi-fungsi kriptografi standar. Fungsi-fungsi
kriptografi ini pun juga telah direview oleh banyak ahli kriptografi. Dan
dianggap hampir tidak mungkin bisa ditembus dimasa mendatang.
Misalnya saja, Bitcoin
menggunakan SHA256 dan ECDSA yang dikenal sebagai algoritma standar. SHA256 digunakan
juga oleh pemerintah Amerika dan menjadi standar FIPS180-3 (Secure Hash
Standard). Jika anda meragukan algoritma semacam ini, sebaiknya anda juga tidak
mempercayai Bitcoin, transaksi-transaksi credit card, ataupun transaksi
elektronik lainnya.
Kenyataannya, bahwa Bitcoin
sebagai fungsi menjadi mata uang tidak pernah di “hacked”. Jika memang ada
beberapa situs besar yang menggunakan mata uang ini dan berhasil di hacked,
maka itu tidak berarti bahwa Bitcoin telah terbukti bisa di Hacked. Pada dasarnya,
kebanyakan peristiwa situs-situs tersebut adalah situs web wallet yang sisi
keamanannya kurang memadai. Dan mereka berada di luar konteks sistem Bitcoin
sebagai intermediaries.
Ketika banyak terjadi pencurian
di sejumlah wallet ditahun 2011 hingga tahun 2012, sejumlah pengembang wallet
juga telah meningkatkan fitur keamanannya. Semisal dengan mengenkripsi wallet,
lebih support dengan penggunaan digital signature, ada pengembangan wallet
offline untuk mendapat keamanan secara berlapis, ada juga paper wallet, dan
bahkan juga ada hardware wallet. Sejak itu, jumlah pencurian pun menjadi
berkurang.
Komputer Quantum akan
mematahkan keamanan Bitcoin
Sementara ECDSA memang akan
tidak aman jika berhadapan dengan komputer quantum. Dan saat ini jenis komputer
itu masih belum ada. Bahkan beberapa waktu kedepan pun mungkin masih belum ada.
Sementara DWAVE yang seringkali ditulis di media, meski hal itu benar, bukanlah
jenis komputer quantum yang dapat digunakan untuk kriptografi.
Bitcoin bisa lebih aman dan
keamanannya akan meningkat jika pada setiap transaksi menggunakan address yang
berbeda. Namun keamanan Bitcoin juga telah dirancang sedemikian rupa, agar
kedepan bisa lebih ditingkatkan, terutama jika ada hal semacam ini yang
terbukti menjadi ancaman.
Sedangkan, resiko adanya
komputer kuantum ini jika memang telah muncul, tidak hanya berimplikasi pada
Bitcoin. Justru pada sejumlah lembaga keuangan seperti Bank, justru lebih
rentan dan paling mudah menjadi sasaran tembak.
Bitcoin tidak bisa dikatakan
desentralisasi karena pengembang bisa leluasa mendikte melalui Software Bitcoin
Meski pengembang klien software
Bitcoin asli dan dapat mengerahkan pengaruhnya di komunitas Bitcoin, namun
kekuasaan mereka untuk sewenang-wenang dan memodifikasi protokolnya sangat
terbatas.
Pada saat Bitcoin versi 0.3
dirilis, telah ada perubahan protokol menjadi lebih minor. Sehingga akan selalu
sesuai dengan konsensus masyarakat. Untuk memodifikasi protokol, misalnya
katakanlah berniat untuk meningkatkan reward blok dari 25 BTC menjadi 50 BTC,
maka itu tidak akan kompatibel dengan rilis software yang telah berjalan dan
digunakan di dalam jaringan.
Sementara jika ada pengembang
yang merilis software baru sementara mayoritas penambang di jaringan
menggunakan software yang berbeda, maka akhirnya hal itu akan dianggap korup,
tidak valid, melanggar ketentuan. Usahanya juga pada akhirnya akan gagal karena
transaksi yang dilakukan dengan versi software barunya tersebut ditolak oleh
jaringan.
Ada juga versi software Bitcoin
yang mematuhi protokol Bitcoin asli. Karena makin banyak pengembang yang
membuat alternatif, maka jumlah daya yang tidak jujur juga pada akhirnya
semakin minim dibandingkan dengan software bitcoin asli.